Tangis dan tawa saling mengganti
Itulah hidup
Derita dan bahagia saling menguji
Itulah hidup
Kegagalan dan keberhasilan pasti teraih
Itulah hidup


Dia selalu berubah
Mengikuti kehendak Sang Pencipta
Tiada pernah terus bertahta
Tiada pernah terus berhampa
Semua pasti merasa
Suatu tempat dalam masa
Insan bijaksana kan dapati makna

Tuhan tak kan tertawa
atas derita manusia
Tuhan tak kan menangis
Atas bahagia manusia
Dia selalu punya rahasia
Dalam tiap keputusanNYA

(Maria Ulfa)

IBU

Tak mampu aku mengganti
Semua kasih yang engkau beri
Namun ku berjanji

Kan membalas kasih
Meski tak semua, pasti
Hanya separuh, secuil....mungkin
Karena semua yang kau beri
Tak terhitung lagi

Malu rasanya aku
Saat berbagi kesedihan denganmu
Karena diri ini tak mau
Memberi luka untukmu

Satu keinginan dariku
Memberi bahagia untukmu
Di setiap detik waktumu
Sekecil apapun itu
Ingin kukabarkan padamu
Agar tercipta senyum
Yang kan menenangkan aku

(Maria Ulfa)
Hati yang sempat rapuh dan terkoyak
Kini mulai kembali menguat
Prinsip hidup yang sempat terlupakan
Kini telah ada dalam kesadaran
Jiwa dan hati ini mulai tenteram

Ada kerelaan perlahan mendekat
Menyanggah hati dan jiwa
Agar siap menerima
Segala kenyataan yang ada
Tentang apa yang ia rasa

(Maria Ulfa)
Malam semakin meninggi
Gemercik nyanyian hujan masih menemani
Langit di sana tampak semakin sedih
Karena tak ada satu pun bintang menemani
Seperti itulah diriku saat ini
Terkapar sendiri
Bergelut dengan sepi
Ku merindu mereka yang ada di hati

(Maria Ulfa)
Sukses..,pasti semua orang menginginkannya. siapa sih di dunia ini yang tidak mau sukses. Mimpi, semua orang pasti punya mimpi dalam hidupnya. Tapi banyak orang yang kadang tidak tahu cara mewujudkannya. Kali ini saya ingin posting tentang "Cara mewujudkan mimpi" ala Danang Ambar Prabowo, MAWAPRES (Mahasiswa berprestai Nasional) 2007. Beliau menceritakan perjalanan beliau meraih mimpi dalam sebuah video 'Sang Pembuat Jejak" yang ditayangkan pada saat penyambutan MABA (mahasiswa Baru IPB). Aku dan teman-temanku pun sempat nonton video itu sewaktu masih kuliah dulu.setelah kami nonton video tersebut, kami merasa mendapatkan suntikan energi baru untuk meraih mimpi2 kami. Aku dan teman2 satu kontrakan pun langsung mengikuti beliau untuk menulis seratus mimpi dan kami tempel di dinding kamar kami masing-masing. Dan pastinya, tidak sekedar menuliskannya tapi juga ada usaha maksimal untuk mewujudkannya. Dan Alhamdulillah beberapa mimpi yang kutulis tersebut kini sudah terwujud dan kini aku sedang mengejar mimpi2 yang lainnya, termasuk mengikuti jejak beliau tinggal di negeri sakura. Eh, koq jadi cerita tentang diri sendiri. Langsung saja ya kita baca cerita beliau.

Sebuah Titik Penting Hidupku: Dua lembar Kertas Usang dan 100 Mimpi Dec 27, '07 9:33 AM
for everyone

Masih teringat jelas bagaimana aku menuliskan kalimat-kalimat itu pada dua lembar kertas buram setelah tiba di kamar asrama Tingkat Persiapan Bersama di IPB sore itu. Baru saja DKM Al Hurriyah usai menyelenggarakan acara Achievement Motivation Trainer (AMT) dengan menghadirkan seorang pembicara yang sangat luar biasa, Ustadz Aris Ahmad Jaya. Sosok yang di kemudian hari banyak menginspirasiku mencapai hal-hal menakjubkan yang semula hanya terlintas di mimpi belaka.

Untuk kesekian kalinya aku dibuat begitu takjub dengan penampilan dan materi motivasi yang diberikannya.

“Banyak orang yang memiliki mimpi, namun mimpinya itu akhirnya tetap menjadi impian dan khayalan belaka. Alasannya adalah karena mereka menuliskan mimpi-mimpi mereka di dalam ingatan saja. Padahal ingatan manusia itu terbatas. Akibatnya kebanyakan dari mereka itu lupa dengan mimpinya. Dan ketika ingat kembali, waktu mereka telah habis. Dan hanya penyesalan yang dirasa.”

Demikian kurang lebih kata-kata yang beliau sampaikan sebagai pembuka materi beriringan dengan tampilan slide di layar dan backsound yang sangat menawan. Kemudian dengan setengah menghentak beliau berteriak!

“Ubah! Ubah cara pandang anda! Ubah bagaimana anda menuliskan mimpi-mimpi anda. Jangan tulis dalam ingatan anda yang terbatas, karena hal itu ibarat anda menulis di atas pasir. Ketika angin bertiup, hilanglah tulisan itu. Tuliskan secara nyata. Di atas kertas. Tuliskan mimpi-mimpi anda di atasnya. Tempatkan dimana anda akan sering melihatnya. Jika anda ragu... tulis saja 100 target yang ingin anda capai selama di IPB!”

Alunan backsound dari speaker yang memainkan musik instrumental gubahan komponis terkenal Jepang, Kitaro berjudul Koi itu seolah turut menyihir kata-kata yang beliau ucapkan hingga mampu merasuk ke dalam dada setiap peserta yang hadir. Masing-masing peserta seolah tersihir oleh suasana. Semuanya khusyuk mendengarkan kata demi kata dari Sang Trainer, termasuk diriku yang dengan serius mencatat kata-kata tersebut dalam buku catatan.

“...dan nanti anda akan lihat. Bagaimana luar biasanya Allah mewujudkan setiap mimpi-mimpi itu, jauh lebih luar biasa daripada yang bisa anda bayangkan... tuliskan segera, dan suatu hari yang akan anda lihat dari tulisan anda itu hanyalah coretan-coretan. Coretan karena anda telah mencapainya...”

Dan itulah yang aku lakukan. Di atas dua lembar kertas buram itulah aku menuliskannya. 100 target. Target-target sederhana hingga impian-impianku, tanpa banyak berpikir rumit, aku benar-benar menuliskan apa yang terlintas di pikiranku saat itu, seperti yang Ustadz Aris katakan waktu itu. Dan jadilah, 100 target itu. Aku tempel di pintu lemari bajuku hingga setiap saat aku bisa melihatnya. Ada kepuasan tersendiri ketika melihatnya. Namun tak sedikit juga yang berkomentar setiap kali melihat target-target yang tertulis di sana.

”Buat apa Nang kamu nulis repot-repot begitu”. “Sombong banget sih lo...” atau bahkan dengan nada meremehkan “Udah Nang, ini mah bukan lagi zamannya untuk bermimpi. Realistis sedikitlah”

Setelah begitu banyak komentar, akhirnya aku melepas dua lembar kertas itu dan memindahkannya di atas tempat tidurku hingga setiap akan tidur atau bangun pagi aku bisa melihatnya. Setidaknya komentar-komentar itu tak lagi terdengar setelah itu.

Aku baru benar-benar menyadari bahwa dua lembar kertas itu kini sudah begitu usangnya... usang oleh berbagai macam coretan-coretan di atasnya, dan usang oleh keringat di tanganku setiap kali memegangnya. Tapi yang pasti... kini setiap aku melihatnya kembali yang bisa aku katakan adalah: “Subhanallah...Luar biasa...”

Apa yang aku tuliskan di atas dua lembar kertas itu, yang dahulu begitu banyak orang yang mencemooh dan meremehkannya... kini... satu persatu tanpa aku sadari benar-benar terwujud. Dan benar... seberapapun luar biasanya rencana dan kalimat yang kutuliskan di atasnya... rencana Allah jauh lebih luar biasa, persis seperti yang dikatakan Ustadz Aris waktu itu.

Mahasiswa Berprestasi.. Meski awalnya hanya aku tuliskan setelah mendengar cerita Mas Anuraga Jayanegara, dan terinspirasi dari majalah-majalah mahasiswa.Ternyata... tak aku sangka aku akan bisa mencapainya, bahkan hingga tingkat nasional dan menjadi yang terbaik dari yang terbaik. Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) yang begitu bergengsi dan MTQ Mahasiswa Nasional... tak aku sangka aku bisa ke sana dengan cara-cara luar biasa dan tak terkira, padahal mulanya semua itu terinspirasi dari penuturan penuturan kakak tingkat atau teman-teman di kampus.

Setiap kali mengingat semua itu, sepenggal lirik Nasyid dari Justice Voice yang terinspirasi dari surat Ar Rahman terdengar begitu nyaring di kepalaku ”...Nikmat yang manakah lagi yang akan kau dustai, setelah begitu banyak nikmat yang Ia beri...”

Dan kini ketika menatap dua lembar kertas usang yang hampir tercerai berai itu... delapanpuluhtiga. Ya... target nomor 83 bertuliskan “Aku ingin melanjutkan sekolah keluar negeri setelah tamat IPB!”

Tapi tahukah apa yang terjadi?...semuanya seolah terulang kembali... seberapapun luar biasanya rencana yang kita buat... rencana Allah jauh lebih luar biasa...

Go to his blog:
http://danangap7.multiply.com/
Kesuksesan bukan hadir secara kebetulan, tapi karena ada niat dari pelakunya (aris setyawan).
“Seandainya dalam hidup ini engkau menemui jalan yang berliku, hambatan, halangan dan rintangan, yakinlah di depan pasti ada jalan kemenangan. Seandainya, engkau berjalan di jalan yang lurus, tanpa menemui hambatan dan tantangan, maka hati-hatilah, siapa tahu di depan engkau akan menemui masalah. Pemenang tidak pernah menyerah dan orang yang hobi menyerah tidak akan pernah menang” (Aris Setyawan, 2008)
Ini bukan kisah dalam dongeng, bukan ada dalam halusinasi. Ini adalah kisah nyata, bukti kekuatan sebuah mimpi. Adalah seorang Aris Setyawan, enam tahun yang lalu, tepatnya tahun 2002. Seorang pemuda yang baru menjelang lulus SMA, berniat mendaftar USMI. Namun saat itu, Aris melihat uang di dompet ibunya hanya ada Rp 50.000,-. Aris mengurungkan niatnya melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi.
Mimpi itu, mimpi melanjutkan ke perguruan tinggi impiannya ;IPB, ia pendam dan tanamkan dalam hatinya, ia tancapkan kuat-kuat dalam pikirannya. Sama halnya dengan kedua teman Aris, Safuan dan Kusno. Kusno ingin menjadi seorang karyawan, dan Safuan ingin pergi ke Jepang. Hambatan yang menghalangi mimpi mereka saat itu justru membuat mereka semakin yakin akan meraih kemenangan di depan kelak.


Berbekal uang seadanya, Aris dan kedua temannya, Safuan dan Kusno mengadu nasib ke Jakarta. Dari Pati, Jawa Tengah, tiga sekawan itu naik bus menuju Cakung, Jakarta. Dua minggu berlalu, Aris dan kedua kawannya kehabisan uang. Keadaan ini memaksa mereka untuk segera mencari uang guna menyambung hidup. Akhirnya mereka bertiga menjadi kuli bangunan di daerah Kelapa Gading. Dari hasil kerja mereka mulai pukul 8 pagi hingga pukul 5 sore, mereka mendapatkan upah Rp17.500 tiap harinya.
Hari-hari pertama, mereka lalui dengan berat. Mereka harus berebut kardus untuk tidur. Sesekali mereka pun harus tidur di emperan toko, atau di bedeng lantai 3 proyek, yang hanya beralaskan triplek.
Kehidupan sebagai kuli bangunan yang sedemikian berat, membuat mereka bertiga ingin beralih profesi mencari pekerjaan yang lebih baik. Setiap habis gajian mereka memutuskan untuk melamar pekerjaan di perusahaan, tapi sayang, nasib mengatakan mereka harus kembali lagi bekerja sebagai kuli bangunan. karena tidak mendapatkan pekerjaan sesuai yang diinginkannya. Selama menjadi kuli bangunan berbagai macam posisi pernah Aris jabat, dari mulai tukang bersih-bersih, kuli ngaduk, kernek hingga wakil mandor.
Satu tahun sebagai kuli bangunan, ternyata tidak mengubah nasib mereka menjadi lebih baik. Akhirnya berbekal uang hasil kerja kuli bangunan yang aris kumpulkan ia gunakan untuk membeli anak sapi atau pedet. Uangnya hanya cukup membeli sapi pedet yang pincang. Dengan sabar, ia besarkan pedet kesayangannya itu. Setiap hari aris harus mencari rumput untuk memberi makan pedetnya, walaupun demikian ia berusaha menyempatkan diri untuk belajar mengerjakan soal-soal SPMB. Akhirnya, ia berhasil masuk IPB tahun 2004. Teknik Pertanian menjadi bidang ilmunya. Ia menjadi bagian dari mahasiswa TEP angkatan 41.
Semenjak diterima di IPB, Aris mendapatkan beasiswa dari beastudi etos, Dompet Dhuafa. Kemudian ketika tingkat 2, ia aktif sebagai ketua Beastudi Etos Bogor. Walaupun sudah mendapatkan beasiswa aris masih mencari uang tambahan semenjak tingkat dua. mulai dari privat, ikut acara bazaar, jualan bunga hias sampai kerjasama dengan petani budidaya tomat buah, tegas lelaki yang memiliki hobi memelihara tanaman hias dan ikan hias ini.
Kemudian di tahun ketiganya, ia jalani dengan penuh tantangan. Tiga amanah Aris emban. Sebagai mahasiswa dan ketua Himpunan Mahasiswa Teknik Pertanian (Himateta), serta sebagai seorang trainer. Bahkan Aris dan kawan-kawannya semenjak tingkat 2 sempat merintis sebuah Taman Pendidikan Al-qur’an dengan siswa saat ini sebanyak 80 anak. Cerita Aris yang juga pernah menjuarai perlombaan catur tingkat IPB.
Bagaimana dengan Safuan dan Kusno? Tahun 2006 menjadi tahun yang berbahagia bagi kusno, karena ia berhasil di angkat menjadi karyawan tetap di PT Yamaha Musik Indonesia. Sementara itu tahun 2007 menjadi sejarah bagi Safuan untuk bekerja di Jepang selama 3 tahun di salah satu perusahaan di Jepang. Sebelum meraih cita-citanya, kusno harus gagal beberapa kali seleksi di perusahaan dan bekerja setidaknya selama 2 tahun sebagai kuli bangunan, sedangkan sebelum safuan di terima bekerja di jepang, ia harus bekerja dulu sebagai kuli bangunan setidaknya selama satu tahun, beberapa kali gagal seleksi di perusahaan dan sempat juga merasakan kegagalan saat mendaftar untuk bekerja ke Jepang.
Itu adalah kisah Aris dan kedua temannya, beberapa tahun yang lalu. Siapakah Aris sekarang? Bila pernah mendengar istilah Achievement Motivation Training (AMT), tentu akrab dengan istilah trainer. Ya, pemilik nama lengkap Aris Setyawan ini memilih profesinya sebagai trainer. Seorang motivator. Sampai saat ini Aris telah memberikan pelatihan kepada lebih dari 20000 pelajar dan mahasiswa. Dari mulai mahasiswa UI, IPB bahkan sampai SMP dan SMA di beberapa wilayah di Jabodetabek dan sekitarnya.
Menurut pemuda yang mengidolakan Yusuf Mansur dan Ari Ginanjar Agustian ini, doa orangtualah yang menguatkan dia sampai saat ini. “Saya berambisi memutus tali kemiskinan keluarga saya,” tegas Aris, pemuda kelahiran Rembang 7 Januari 1984 ini.
Mimpi. Itulah magnet kuat yang menarik Aris bisa menjadi seperti sekarang. Mimpi-mimpi yang ingin ia capai dalam satu tahun ia tuliskan di atas kertas. Mimpi tahunannya itu, ia turunkan ke dalam mimpi atau capaian tiap bulannya, kemudian mingguan, dan harian. Ia juga menuliskan 30 buah mimpinya tiap tahun yang kini banyak tinggal coretan-coretan karena telah tercapai.
Aris memang menginspirasi. Aris terkenal ramah juga menginspirasi kawan-kawannya. Salah satu kawannya, Fikri Alhaq TEP 41, mengaku tidak menyangka kawannya bisa seperti sekarang. “Tadinya mah sarungan…” guyon Fikri, “dia melakukan perubahan yang signifikan, dia seorang revolusioner!” lanjut Fikri, serius.
Pernahkah terbayangkan sebelumnya, seorang kuli ngaduk enam tahun yang lalu, kini tahun 2008, ia menyandang gelar Sarjana Teknologi Pertanian dan menjadi seorang trainer profesional? Untuk menjadi mahasiswa berprestasi tidak hanya jadi Mawapres (mahasiswa berprestasi formal), ada banyak cara. Bisa menjadi entrepreneur, aktivis kampus, atau seperti Aris; sang motivator, sang inspirator. Salam sukses dunia akhirat.
Di ambil dari :
Koran Kampus IPB Edisi 25, Agustus 2008
Media Indonesia, 26 Agustus 2008
www.sugestipower.com
danangap7.multiply.com
Cinta…..satu tema yang selalu menarik untuk disimak dan diperbincangkan. Cinta telah menjadi inspirasi bagi jutaan anak manusia untuk mencipta karya dalam berbagai bidang. Sejarah mencatat bahwa sejumlah seniman, teolog, sampai filosof membicarakan cinta dari berbagai perspektifnya, baik dalam bentuk roman, puisi, syair, lagu, bahkan sampai dalam bentuk tulisan ilmiah yang bernuansa teologis, fenomenologis, psikologis, ataupun sosiologis.
Filusuf sekaliber Plato bahkan pernah mengatakan ”siapa yang tidak terharu oleh cinta, berarti berjalan dalam gelap gulita.” Pernyataan ini menggambarkan betapa besar perhatian Plato pada masalah cinta, sampai-sampai dia menyebut orang yang tidak tertarik untuk membicarakannya sebagai orang yang berjalan dalam kegelapan.
Erick Fromm, murid kesayangan Sigmund Freud, menyebutkan ”empat unsur yang harus ada dalam cinta, yaitu: care (perhatian), responsibility (tanggung jawab), respect (rasa hormat), dan knowledge (pengetahuan).”


Manusia memiliki banyak cinta yang ia curahkan kepada banyak pihak. Ada Tuhan, Nabi, orang tua, suami/istri, sahabat, kedudukan, harta de el el yang menghuni hati setiap insan. Sebagai seorang muslim, pastinya kita selalu menempatkan cinta kepada Allah pada peringkat pertama di hati kita. Tetapi benarkah demikian????. Benarkah cinta kita tertinggi adalah cinta kepadaNYA, yang memiliki kita? Ataukah itu hanya teori semata tanpa aplikasi atau hanya sekedar slogan tanpa penghayatan dan penerapan. Untuk menjawab itu, mari kita simak beberapa indikator kecintaan kita kepada Allah berikut ini!
1. Selalu Rindu bertemu dengan Allah
Kalau kita lama tidak bertemu dengan orang yang kita cintai, misal ibu/bapak atau yang lainnya pasti kita merasa kangen. Apalagi kalau kita tidak pernah berpisah dengan mereka, berpisah sebentar saja pasti merasa rindu berat. Apalagi orang yang lagi jatuh cinta, katanya selalu ingin bertemu, ngobrol dan berdekatan dengan orang yang dicintainya setiap waktu, setiap detik (masa segitunya sih???). Nah, sekarang coba kita tanyakan pada diri kita sendiri. Sudahkah rindu kita kepada Allah melebihi rindu kita pada makhluknya. Jangan-jangan rindu kita pada hambanya masih lebih besar dari pada rindu kepadaNYA. Bagaimana bisa mengetahui rindu kita kepada Allah? Indikatornya adalah, kita selalu ingin bertemu denganNYA, selalu ingin dekat denganNYA, selalu bersegera memenuhi panggilanNYA.
Rasulullah pernah bersabda:“Barangsiapa yang merindukan bertemu dengan Allah, maka Allah pun merindukan bertemu dengannya.” (H.R. Ahmad, Tirmudzi, Nasa’i)
2. Merasa nikmat berkhalwat (munajat/komunikasi dengan Allah)
“Shalat itu menjadi penyejuk hati.” (H.R. Ahmad, Nasa’i, Hakim)
“Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, sedang mereka berdoa kepada Tuhannya dengan rasa takut dan harap, dan mereka menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. Seorang pun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” Q.S. As-Sajdah: 16-17
3. Selalu sabar dalam mengarungi kehidupan
Salah satu wujud kecintaan kita kepada Allah azza wajallah adalah kesabaran kita dalam menapaki kehidupan ini. Sebagaimana para Nabi telah diuji kesabarannya, manusia pun diuji kesabarannya oleh Allah. Dan akan ada buah manis dari setiap kesabaran yang kita lakukan, seperti yang tertulis dalam firman Allah:
“Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” Q.S. An-Nahl (16): 96
“Bersabarlah (hai Muhammad) dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah dan janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan.” Q.S. An-Nahl (16): 127-128
4. Mengutamakan apa yang dicintai Allah dari segala sesuatu yang dicintainya
Allah berfirman dalam Q.S At-Taubah (9):24 “Katakanlah: “Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari pada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.”
“Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat dzalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).” Q.S. Al Baqarah (2): 165
5. Selalu mengingatnya/ selalu menghadirkan Allah dalam setiap aktivitas
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu memerangi pasukan (musuh), maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung.” Q.S. Al Anfal (8): 45
6. Mengikuti apa yang dicontohkan nabi/rasul
Kalau kita cinta kepada Allah, selain melaksanakan segala perintaNYA dan menjauhi segala laranganYA, kita juga harus mengikuti apa-apa yang dicontohkan Rasulullah sebagai pembawa risalah agama islam sehingga sampai kepada kita. Allah Subhanallahu wata’ala berfirman“Katakanlah: “jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” Q.S. Ali Imran (3): 31
7. Memiliki semangat yang tinggi untuk membaca dan mengamalkan ayat-ayat-Nya
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhan-lah mereka bertawakal.” Q.S. Al Anfal (8): 2
8. Gemar bertaubat/minta ampun karena takut ditinggalkan
“Dan didekatkanlah surga itu kepada orang-orang yang bertakwa pada tempat yang tiada jauh (dari mereka). Inilah yang dijanjikan kepadamu, (yaitu) kepada setiap hamba yang selalu kembali (kepada Allah) lagi memelihara (semua peraturan-peraturan-Nya). (Yaitu) orang yang takut kepada Tuhan Yang Maha Pemurah sedang Dia tidak kelihatan (olehnya) dan dia datang dengan hati yang bertaubat, masukilah surga itu dengan aman, itulah hari kekekalan. Mereka di dalamnya memperoleh apa yang mereka kehendaki; dan pada sisi Kami ada tambahannya.” Q.S. Qaaf (50): 31-35
9. Segera memenuhi panggilanNYA
Ketika suara azan telah berkumandang, tanda panggilan untuk menemuiNYA telah dating. Jika kita mengaku cinta pada Allah, kita harus segera beranjak dari tempat aktivitas kita untuk memenuhi panggilanNYA. Kita tinggalkan segala urusan duniawi kita sesaat untuk menghadap Sang khaliq sebagai salah satu bukti cinta kita padaNYA.
Nah, sekarang silakan kita tanyakan pada hati kita masing-masing, sudahkah tanda-tanda di atas ada dalam diri kita? Jawabannya cukup untuk Anda sendiri. Tidak perlu diberitahukan kepada saya (GR…emang siapa yang mau ngasih tahu). Mungkin masih banyak lagi indikator lain yang menandakan cinta kita pada Allah. Bagi yang menemukan, silakan di-share di sini. Saya akan senang sekali jika ada yang mau berbagi ilmu di sini. Ditunggu yach!!!

HIDUP

Tangis dan tawa saling mengganti
Itulah hidup
Derita dan bahagia saling menguji
Itulah hidup
Kegagalan dan keberhasilan pasti teraih
Itulah hidup


Dia selalu berubah
Mengikuti kehendak Sang Pencipta
Tiada pernah terus bertahta
Tiada pernah terus berhampa
Semua pasti merasa
Suatu tempat dalam masa
Insan bijaksana kan dapati makna

Tuhan tak kan tertawa
atas derita manusia
Tuhan tak kan menangis
Atas bahagia manusia
Dia selalu punya rahasia
Dalam tiap keputusanNYA

(Maria Ulfa)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

IBU

Tak mampu aku mengganti
Semua kasih yang engkau beri
Namun ku berjanji

Kan membalas kasih
Meski tak semua, pasti
Hanya separuh, secuil....mungkin
Karena semua yang kau beri
Tak terhitung lagi

Malu rasanya aku
Saat berbagi kesedihan denganmu
Karena diri ini tak mau
Memberi luka untukmu

Satu keinginan dariku
Memberi bahagia untukmu
Di setiap detik waktumu
Sekecil apapun itu
Ingin kukabarkan padamu
Agar tercipta senyum
Yang kan menenangkan aku

(Maria Ulfa)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Bangkit

Hati yang sempat rapuh dan terkoyak
Kini mulai kembali menguat
Prinsip hidup yang sempat terlupakan
Kini telah ada dalam kesadaran
Jiwa dan hati ini mulai tenteram

Ada kerelaan perlahan mendekat
Menyanggah hati dan jiwa
Agar siap menerima
Segala kenyataan yang ada
Tentang apa yang ia rasa

(Maria Ulfa)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Hati yang merindu

Malam semakin meninggi
Gemercik nyanyian hujan masih menemani
Langit di sana tampak semakin sedih
Karena tak ada satu pun bintang menemani
Seperti itulah diriku saat ini
Terkapar sendiri
Bergelut dengan sepi
Ku merindu mereka yang ada di hati

(Maria Ulfa)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Mewujudkan Impian dengan Menuliskan 100 impian di Lembaran Kertas

Sukses..,pasti semua orang menginginkannya. siapa sih di dunia ini yang tidak mau sukses. Mimpi, semua orang pasti punya mimpi dalam hidupnya. Tapi banyak orang yang kadang tidak tahu cara mewujudkannya. Kali ini saya ingin posting tentang "Cara mewujudkan mimpi" ala Danang Ambar Prabowo, MAWAPRES (Mahasiswa berprestai Nasional) 2007. Beliau menceritakan perjalanan beliau meraih mimpi dalam sebuah video 'Sang Pembuat Jejak" yang ditayangkan pada saat penyambutan MABA (mahasiswa Baru IPB). Aku dan teman-temanku pun sempat nonton video itu sewaktu masih kuliah dulu.setelah kami nonton video tersebut, kami merasa mendapatkan suntikan energi baru untuk meraih mimpi2 kami. Aku dan teman2 satu kontrakan pun langsung mengikuti beliau untuk menulis seratus mimpi dan kami tempel di dinding kamar kami masing-masing. Dan pastinya, tidak sekedar menuliskannya tapi juga ada usaha maksimal untuk mewujudkannya. Dan Alhamdulillah beberapa mimpi yang kutulis tersebut kini sudah terwujud dan kini aku sedang mengejar mimpi2 yang lainnya, termasuk mengikuti jejak beliau tinggal di negeri sakura. Eh, koq jadi cerita tentang diri sendiri. Langsung saja ya kita baca cerita beliau.

Sebuah Titik Penting Hidupku: Dua lembar Kertas Usang dan 100 Mimpi Dec 27, '07 9:33 AM
for everyone

Masih teringat jelas bagaimana aku menuliskan kalimat-kalimat itu pada dua lembar kertas buram setelah tiba di kamar asrama Tingkat Persiapan Bersama di IPB sore itu. Baru saja DKM Al Hurriyah usai menyelenggarakan acara Achievement Motivation Trainer (AMT) dengan menghadirkan seorang pembicara yang sangat luar biasa, Ustadz Aris Ahmad Jaya. Sosok yang di kemudian hari banyak menginspirasiku mencapai hal-hal menakjubkan yang semula hanya terlintas di mimpi belaka.

Untuk kesekian kalinya aku dibuat begitu takjub dengan penampilan dan materi motivasi yang diberikannya.

“Banyak orang yang memiliki mimpi, namun mimpinya itu akhirnya tetap menjadi impian dan khayalan belaka. Alasannya adalah karena mereka menuliskan mimpi-mimpi mereka di dalam ingatan saja. Padahal ingatan manusia itu terbatas. Akibatnya kebanyakan dari mereka itu lupa dengan mimpinya. Dan ketika ingat kembali, waktu mereka telah habis. Dan hanya penyesalan yang dirasa.”

Demikian kurang lebih kata-kata yang beliau sampaikan sebagai pembuka materi beriringan dengan tampilan slide di layar dan backsound yang sangat menawan. Kemudian dengan setengah menghentak beliau berteriak!

“Ubah! Ubah cara pandang anda! Ubah bagaimana anda menuliskan mimpi-mimpi anda. Jangan tulis dalam ingatan anda yang terbatas, karena hal itu ibarat anda menulis di atas pasir. Ketika angin bertiup, hilanglah tulisan itu. Tuliskan secara nyata. Di atas kertas. Tuliskan mimpi-mimpi anda di atasnya. Tempatkan dimana anda akan sering melihatnya. Jika anda ragu... tulis saja 100 target yang ingin anda capai selama di IPB!”

Alunan backsound dari speaker yang memainkan musik instrumental gubahan komponis terkenal Jepang, Kitaro berjudul Koi itu seolah turut menyihir kata-kata yang beliau ucapkan hingga mampu merasuk ke dalam dada setiap peserta yang hadir. Masing-masing peserta seolah tersihir oleh suasana. Semuanya khusyuk mendengarkan kata demi kata dari Sang Trainer, termasuk diriku yang dengan serius mencatat kata-kata tersebut dalam buku catatan.

“...dan nanti anda akan lihat. Bagaimana luar biasanya Allah mewujudkan setiap mimpi-mimpi itu, jauh lebih luar biasa daripada yang bisa anda bayangkan... tuliskan segera, dan suatu hari yang akan anda lihat dari tulisan anda itu hanyalah coretan-coretan. Coretan karena anda telah mencapainya...”

Dan itulah yang aku lakukan. Di atas dua lembar kertas buram itulah aku menuliskannya. 100 target. Target-target sederhana hingga impian-impianku, tanpa banyak berpikir rumit, aku benar-benar menuliskan apa yang terlintas di pikiranku saat itu, seperti yang Ustadz Aris katakan waktu itu. Dan jadilah, 100 target itu. Aku tempel di pintu lemari bajuku hingga setiap saat aku bisa melihatnya. Ada kepuasan tersendiri ketika melihatnya. Namun tak sedikit juga yang berkomentar setiap kali melihat target-target yang tertulis di sana.

”Buat apa Nang kamu nulis repot-repot begitu”. “Sombong banget sih lo...” atau bahkan dengan nada meremehkan “Udah Nang, ini mah bukan lagi zamannya untuk bermimpi. Realistis sedikitlah”

Setelah begitu banyak komentar, akhirnya aku melepas dua lembar kertas itu dan memindahkannya di atas tempat tidurku hingga setiap akan tidur atau bangun pagi aku bisa melihatnya. Setidaknya komentar-komentar itu tak lagi terdengar setelah itu.

Aku baru benar-benar menyadari bahwa dua lembar kertas itu kini sudah begitu usangnya... usang oleh berbagai macam coretan-coretan di atasnya, dan usang oleh keringat di tanganku setiap kali memegangnya. Tapi yang pasti... kini setiap aku melihatnya kembali yang bisa aku katakan adalah: “Subhanallah...Luar biasa...”

Apa yang aku tuliskan di atas dua lembar kertas itu, yang dahulu begitu banyak orang yang mencemooh dan meremehkannya... kini... satu persatu tanpa aku sadari benar-benar terwujud. Dan benar... seberapapun luar biasanya rencana dan kalimat yang kutuliskan di atasnya... rencana Allah jauh lebih luar biasa, persis seperti yang dikatakan Ustadz Aris waktu itu.

Mahasiswa Berprestasi.. Meski awalnya hanya aku tuliskan setelah mendengar cerita Mas Anuraga Jayanegara, dan terinspirasi dari majalah-majalah mahasiswa.Ternyata... tak aku sangka aku akan bisa mencapainya, bahkan hingga tingkat nasional dan menjadi yang terbaik dari yang terbaik. Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) yang begitu bergengsi dan MTQ Mahasiswa Nasional... tak aku sangka aku bisa ke sana dengan cara-cara luar biasa dan tak terkira, padahal mulanya semua itu terinspirasi dari penuturan penuturan kakak tingkat atau teman-teman di kampus.

Setiap kali mengingat semua itu, sepenggal lirik Nasyid dari Justice Voice yang terinspirasi dari surat Ar Rahman terdengar begitu nyaring di kepalaku ”...Nikmat yang manakah lagi yang akan kau dustai, setelah begitu banyak nikmat yang Ia beri...”

Dan kini ketika menatap dua lembar kertas usang yang hampir tercerai berai itu... delapanpuluhtiga. Ya... target nomor 83 bertuliskan “Aku ingin melanjutkan sekolah keluar negeri setelah tamat IPB!”

Tapi tahukah apa yang terjadi?...semuanya seolah terulang kembali... seberapapun luar biasanya rencana yang kita buat... rencana Allah jauh lebih luar biasa...

Go to his blog:
http://danangap7.multiply.com/

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Kuli yang Menjadi Sarjana dan Trainer Motivasi Nasional

Kesuksesan bukan hadir secara kebetulan, tapi karena ada niat dari pelakunya (aris setyawan).
“Seandainya dalam hidup ini engkau menemui jalan yang berliku, hambatan, halangan dan rintangan, yakinlah di depan pasti ada jalan kemenangan. Seandainya, engkau berjalan di jalan yang lurus, tanpa menemui hambatan dan tantangan, maka hati-hatilah, siapa tahu di depan engkau akan menemui masalah. Pemenang tidak pernah menyerah dan orang yang hobi menyerah tidak akan pernah menang” (Aris Setyawan, 2008)
Ini bukan kisah dalam dongeng, bukan ada dalam halusinasi. Ini adalah kisah nyata, bukti kekuatan sebuah mimpi. Adalah seorang Aris Setyawan, enam tahun yang lalu, tepatnya tahun 2002. Seorang pemuda yang baru menjelang lulus SMA, berniat mendaftar USMI. Namun saat itu, Aris melihat uang di dompet ibunya hanya ada Rp 50.000,-. Aris mengurungkan niatnya melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi.
Mimpi itu, mimpi melanjutkan ke perguruan tinggi impiannya ;IPB, ia pendam dan tanamkan dalam hatinya, ia tancapkan kuat-kuat dalam pikirannya. Sama halnya dengan kedua teman Aris, Safuan dan Kusno. Kusno ingin menjadi seorang karyawan, dan Safuan ingin pergi ke Jepang. Hambatan yang menghalangi mimpi mereka saat itu justru membuat mereka semakin yakin akan meraih kemenangan di depan kelak.


Berbekal uang seadanya, Aris dan kedua temannya, Safuan dan Kusno mengadu nasib ke Jakarta. Dari Pati, Jawa Tengah, tiga sekawan itu naik bus menuju Cakung, Jakarta. Dua minggu berlalu, Aris dan kedua kawannya kehabisan uang. Keadaan ini memaksa mereka untuk segera mencari uang guna menyambung hidup. Akhirnya mereka bertiga menjadi kuli bangunan di daerah Kelapa Gading. Dari hasil kerja mereka mulai pukul 8 pagi hingga pukul 5 sore, mereka mendapatkan upah Rp17.500 tiap harinya.
Hari-hari pertama, mereka lalui dengan berat. Mereka harus berebut kardus untuk tidur. Sesekali mereka pun harus tidur di emperan toko, atau di bedeng lantai 3 proyek, yang hanya beralaskan triplek.
Kehidupan sebagai kuli bangunan yang sedemikian berat, membuat mereka bertiga ingin beralih profesi mencari pekerjaan yang lebih baik. Setiap habis gajian mereka memutuskan untuk melamar pekerjaan di perusahaan, tapi sayang, nasib mengatakan mereka harus kembali lagi bekerja sebagai kuli bangunan. karena tidak mendapatkan pekerjaan sesuai yang diinginkannya. Selama menjadi kuli bangunan berbagai macam posisi pernah Aris jabat, dari mulai tukang bersih-bersih, kuli ngaduk, kernek hingga wakil mandor.
Satu tahun sebagai kuli bangunan, ternyata tidak mengubah nasib mereka menjadi lebih baik. Akhirnya berbekal uang hasil kerja kuli bangunan yang aris kumpulkan ia gunakan untuk membeli anak sapi atau pedet. Uangnya hanya cukup membeli sapi pedet yang pincang. Dengan sabar, ia besarkan pedet kesayangannya itu. Setiap hari aris harus mencari rumput untuk memberi makan pedetnya, walaupun demikian ia berusaha menyempatkan diri untuk belajar mengerjakan soal-soal SPMB. Akhirnya, ia berhasil masuk IPB tahun 2004. Teknik Pertanian menjadi bidang ilmunya. Ia menjadi bagian dari mahasiswa TEP angkatan 41.
Semenjak diterima di IPB, Aris mendapatkan beasiswa dari beastudi etos, Dompet Dhuafa. Kemudian ketika tingkat 2, ia aktif sebagai ketua Beastudi Etos Bogor. Walaupun sudah mendapatkan beasiswa aris masih mencari uang tambahan semenjak tingkat dua. mulai dari privat, ikut acara bazaar, jualan bunga hias sampai kerjasama dengan petani budidaya tomat buah, tegas lelaki yang memiliki hobi memelihara tanaman hias dan ikan hias ini.
Kemudian di tahun ketiganya, ia jalani dengan penuh tantangan. Tiga amanah Aris emban. Sebagai mahasiswa dan ketua Himpunan Mahasiswa Teknik Pertanian (Himateta), serta sebagai seorang trainer. Bahkan Aris dan kawan-kawannya semenjak tingkat 2 sempat merintis sebuah Taman Pendidikan Al-qur’an dengan siswa saat ini sebanyak 80 anak. Cerita Aris yang juga pernah menjuarai perlombaan catur tingkat IPB.
Bagaimana dengan Safuan dan Kusno? Tahun 2006 menjadi tahun yang berbahagia bagi kusno, karena ia berhasil di angkat menjadi karyawan tetap di PT Yamaha Musik Indonesia. Sementara itu tahun 2007 menjadi sejarah bagi Safuan untuk bekerja di Jepang selama 3 tahun di salah satu perusahaan di Jepang. Sebelum meraih cita-citanya, kusno harus gagal beberapa kali seleksi di perusahaan dan bekerja setidaknya selama 2 tahun sebagai kuli bangunan, sedangkan sebelum safuan di terima bekerja di jepang, ia harus bekerja dulu sebagai kuli bangunan setidaknya selama satu tahun, beberapa kali gagal seleksi di perusahaan dan sempat juga merasakan kegagalan saat mendaftar untuk bekerja ke Jepang.
Itu adalah kisah Aris dan kedua temannya, beberapa tahun yang lalu. Siapakah Aris sekarang? Bila pernah mendengar istilah Achievement Motivation Training (AMT), tentu akrab dengan istilah trainer. Ya, pemilik nama lengkap Aris Setyawan ini memilih profesinya sebagai trainer. Seorang motivator. Sampai saat ini Aris telah memberikan pelatihan kepada lebih dari 20000 pelajar dan mahasiswa. Dari mulai mahasiswa UI, IPB bahkan sampai SMP dan SMA di beberapa wilayah di Jabodetabek dan sekitarnya.
Menurut pemuda yang mengidolakan Yusuf Mansur dan Ari Ginanjar Agustian ini, doa orangtualah yang menguatkan dia sampai saat ini. “Saya berambisi memutus tali kemiskinan keluarga saya,” tegas Aris, pemuda kelahiran Rembang 7 Januari 1984 ini.
Mimpi. Itulah magnet kuat yang menarik Aris bisa menjadi seperti sekarang. Mimpi-mimpi yang ingin ia capai dalam satu tahun ia tuliskan di atas kertas. Mimpi tahunannya itu, ia turunkan ke dalam mimpi atau capaian tiap bulannya, kemudian mingguan, dan harian. Ia juga menuliskan 30 buah mimpinya tiap tahun yang kini banyak tinggal coretan-coretan karena telah tercapai.
Aris memang menginspirasi. Aris terkenal ramah juga menginspirasi kawan-kawannya. Salah satu kawannya, Fikri Alhaq TEP 41, mengaku tidak menyangka kawannya bisa seperti sekarang. “Tadinya mah sarungan…” guyon Fikri, “dia melakukan perubahan yang signifikan, dia seorang revolusioner!” lanjut Fikri, serius.
Pernahkah terbayangkan sebelumnya, seorang kuli ngaduk enam tahun yang lalu, kini tahun 2008, ia menyandang gelar Sarjana Teknologi Pertanian dan menjadi seorang trainer profesional? Untuk menjadi mahasiswa berprestasi tidak hanya jadi Mawapres (mahasiswa berprestasi formal), ada banyak cara. Bisa menjadi entrepreneur, aktivis kampus, atau seperti Aris; sang motivator, sang inspirator. Salam sukses dunia akhirat.
Di ambil dari :
Koran Kampus IPB Edisi 25, Agustus 2008
Media Indonesia, 26 Agustus 2008
www.sugestipower.com
danangap7.multiply.com

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Buktikan Cintamu!!!

Cinta…..satu tema yang selalu menarik untuk disimak dan diperbincangkan. Cinta telah menjadi inspirasi bagi jutaan anak manusia untuk mencipta karya dalam berbagai bidang. Sejarah mencatat bahwa sejumlah seniman, teolog, sampai filosof membicarakan cinta dari berbagai perspektifnya, baik dalam bentuk roman, puisi, syair, lagu, bahkan sampai dalam bentuk tulisan ilmiah yang bernuansa teologis, fenomenologis, psikologis, ataupun sosiologis.
Filusuf sekaliber Plato bahkan pernah mengatakan ”siapa yang tidak terharu oleh cinta, berarti berjalan dalam gelap gulita.” Pernyataan ini menggambarkan betapa besar perhatian Plato pada masalah cinta, sampai-sampai dia menyebut orang yang tidak tertarik untuk membicarakannya sebagai orang yang berjalan dalam kegelapan.
Erick Fromm, murid kesayangan Sigmund Freud, menyebutkan ”empat unsur yang harus ada dalam cinta, yaitu: care (perhatian), responsibility (tanggung jawab), respect (rasa hormat), dan knowledge (pengetahuan).”


Manusia memiliki banyak cinta yang ia curahkan kepada banyak pihak. Ada Tuhan, Nabi, orang tua, suami/istri, sahabat, kedudukan, harta de el el yang menghuni hati setiap insan. Sebagai seorang muslim, pastinya kita selalu menempatkan cinta kepada Allah pada peringkat pertama di hati kita. Tetapi benarkah demikian????. Benarkah cinta kita tertinggi adalah cinta kepadaNYA, yang memiliki kita? Ataukah itu hanya teori semata tanpa aplikasi atau hanya sekedar slogan tanpa penghayatan dan penerapan. Untuk menjawab itu, mari kita simak beberapa indikator kecintaan kita kepada Allah berikut ini!
1. Selalu Rindu bertemu dengan Allah
Kalau kita lama tidak bertemu dengan orang yang kita cintai, misal ibu/bapak atau yang lainnya pasti kita merasa kangen. Apalagi kalau kita tidak pernah berpisah dengan mereka, berpisah sebentar saja pasti merasa rindu berat. Apalagi orang yang lagi jatuh cinta, katanya selalu ingin bertemu, ngobrol dan berdekatan dengan orang yang dicintainya setiap waktu, setiap detik (masa segitunya sih???). Nah, sekarang coba kita tanyakan pada diri kita sendiri. Sudahkah rindu kita kepada Allah melebihi rindu kita pada makhluknya. Jangan-jangan rindu kita pada hambanya masih lebih besar dari pada rindu kepadaNYA. Bagaimana bisa mengetahui rindu kita kepada Allah? Indikatornya adalah, kita selalu ingin bertemu denganNYA, selalu ingin dekat denganNYA, selalu bersegera memenuhi panggilanNYA.
Rasulullah pernah bersabda:“Barangsiapa yang merindukan bertemu dengan Allah, maka Allah pun merindukan bertemu dengannya.” (H.R. Ahmad, Tirmudzi, Nasa’i)
2. Merasa nikmat berkhalwat (munajat/komunikasi dengan Allah)
“Shalat itu menjadi penyejuk hati.” (H.R. Ahmad, Nasa’i, Hakim)
“Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, sedang mereka berdoa kepada Tuhannya dengan rasa takut dan harap, dan mereka menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. Seorang pun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” Q.S. As-Sajdah: 16-17
3. Selalu sabar dalam mengarungi kehidupan
Salah satu wujud kecintaan kita kepada Allah azza wajallah adalah kesabaran kita dalam menapaki kehidupan ini. Sebagaimana para Nabi telah diuji kesabarannya, manusia pun diuji kesabarannya oleh Allah. Dan akan ada buah manis dari setiap kesabaran yang kita lakukan, seperti yang tertulis dalam firman Allah:
“Apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” Q.S. An-Nahl (16): 96
“Bersabarlah (hai Muhammad) dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah dan janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan.” Q.S. An-Nahl (16): 127-128
4. Mengutamakan apa yang dicintai Allah dari segala sesuatu yang dicintainya
Allah berfirman dalam Q.S At-Taubah (9):24 “Katakanlah: “Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari pada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.”
“Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat dzalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).” Q.S. Al Baqarah (2): 165
5. Selalu mengingatnya/ selalu menghadirkan Allah dalam setiap aktivitas
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu memerangi pasukan (musuh), maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung.” Q.S. Al Anfal (8): 45
6. Mengikuti apa yang dicontohkan nabi/rasul
Kalau kita cinta kepada Allah, selain melaksanakan segala perintaNYA dan menjauhi segala laranganYA, kita juga harus mengikuti apa-apa yang dicontohkan Rasulullah sebagai pembawa risalah agama islam sehingga sampai kepada kita. Allah Subhanallahu wata’ala berfirman“Katakanlah: “jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” Q.S. Ali Imran (3): 31
7. Memiliki semangat yang tinggi untuk membaca dan mengamalkan ayat-ayat-Nya
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhan-lah mereka bertawakal.” Q.S. Al Anfal (8): 2
8. Gemar bertaubat/minta ampun karena takut ditinggalkan
“Dan didekatkanlah surga itu kepada orang-orang yang bertakwa pada tempat yang tiada jauh (dari mereka). Inilah yang dijanjikan kepadamu, (yaitu) kepada setiap hamba yang selalu kembali (kepada Allah) lagi memelihara (semua peraturan-peraturan-Nya). (Yaitu) orang yang takut kepada Tuhan Yang Maha Pemurah sedang Dia tidak kelihatan (olehnya) dan dia datang dengan hati yang bertaubat, masukilah surga itu dengan aman, itulah hari kekekalan. Mereka di dalamnya memperoleh apa yang mereka kehendaki; dan pada sisi Kami ada tambahannya.” Q.S. Qaaf (50): 31-35
9. Segera memenuhi panggilanNYA
Ketika suara azan telah berkumandang, tanda panggilan untuk menemuiNYA telah dating. Jika kita mengaku cinta pada Allah, kita harus segera beranjak dari tempat aktivitas kita untuk memenuhi panggilanNYA. Kita tinggalkan segala urusan duniawi kita sesaat untuk menghadap Sang khaliq sebagai salah satu bukti cinta kita padaNYA.
Nah, sekarang silakan kita tanyakan pada hati kita masing-masing, sudahkah tanda-tanda di atas ada dalam diri kita? Jawabannya cukup untuk Anda sendiri. Tidak perlu diberitahukan kepada saya (GR…emang siapa yang mau ngasih tahu). Mungkin masih banyak lagi indikator lain yang menandakan cinta kita pada Allah. Bagi yang menemukan, silakan di-share di sini. Saya akan senang sekali jika ada yang mau berbagi ilmu di sini. Ditunggu yach!!!

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS