Sudah menjadi fitrah bagi manusia bahwa iman yang ada dalam hatinya selalu dalam keadaan naik turun (lemah). Gimana sih mendeteksi kalau iman kita sedang lemah? Berikut ini ada 22 tanda lemahnya iman seorang muslim. Coba cermati satu-satu and periksa diri kita apakah saat ini iman kita dalam keadaan lemah atau fit. Apakah tanda-tanda tersebut sering ada pada diri kita? Jangan sampai tanda-tanda lemahnya iman berikut selalu menemani hari-hari kita. Na’udzubillah.
1. Ketika kita sedang melakukan kedurhakaan atau dosa. Hati-hatilah! Sebab, perbuatan dosa jika dilakukan berkali-kali akan menjadi kebiasaan. Jika sudah menjadi kebiasaan, maka segala keburukan dosa akan hilang dari penglihatan kita. Akibatnya, kita akan berani melakukan perbuatan durhaka dan dosa secara terang-terangan.
Ketahuilah, Rasululllah saw. pernah berkata, “Setiap umatku mendapatkan perindungan afiat kecuali orang-orang yang terang-terangan. Dan, sesungguhnya termasuk perbuatan terang-terangan jika seseirang melakukan suatu perbuatan pada malam hari, kemudian dia berada pada pagi hari padahal Allah telah menutupinya, namun dia berkata, ‘Hai fulan, tadi malam aku telah berbuat begini dan begini,’ padahal sebelum itu Rabb-nya telah menutupi, namun kemudian dia menyibak sendiri apa yang telah ditutupi Allah dari dirinya.” (Bukhari, 10/486)
Rasulullah saw. bersabda, “Tidak ada pezina yang di saat berzina dalam keadaan beriman. Tidak ada pencuri yang si saat mencuri dalam keadaan beriman. Begitu pula tidak ada peminum arak di saat meminum dalam keadaan beriman.” (Bukhari, hadits nomor 2295 dan Muslim, hadits nomor 86)
2. Ketika hati kita terasa begitu keras dan kaku. Sampai-sampai menyaksikan orang mati terkujur kaku pun tidak bisa menasihati dan memperlunak hati kita. Bahkan, ketika ikut mengangkat si mayit dan menguruknya dengan tanah. Hati-hatilah! Jangan sampai kita masuk ke dalam ayat ini, “Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi.” (Al-Baqarah:74)
3. Ketika kita tidak tekun dalam beribadah. Tidak khusyuk dalam shalat. Tidak menyimak dalam membaca Al-Qur’an. Melamun dalam doa. Semua dilakukan sebagai rutinitas dan refleksi hafal karena kebiasaan saja. Tidak berkonsentrasi sama sekali. Beribadah tanpa ruh. Ketahuilah! Rasulullah saw. berkata, “Tidak akan diterima doa dari hati yang lalai dan main-main.” (Tirmidzi, hadits nomor 3479)
4. Ketika kita terasas malas untuk melakukan ketaatan dan ibadah. Bahkan, meremehkannya. Tidak memperhatikan shalat di awal waktu. Mengerjakan shalat ketika injury time, waktu shalat sudah mau habis. Menunda-nunda pergi haji padahal kesehatan, waktu, dan biaya ada. Menunda-nunda pergi shalat Jum’at dan lebih suka barisan shalat yang paling belakang. Waspadalah jika kita berprinsip, datang paling belakangan, pulang paling duluan. Ketahuilah, Rasulullah saw. bersabda, “Masih ada saja segolongan orang yang menunda-nunda mengikuti shaff pertama, sehingga Allah pun menunda keberadaan mereka di dalam neraka.” (Abu Daud, hadits nomor 679)
Allah swt. menyebut sifat malas seperti itu sebagai sifat orang-orang munafik. “Dan, apabila mereka berdiri untuk shalat, mereka berdiri dengan malas.”
Jadi, hati-hatilah jika kita merasa malas melakukan ibadah-ibadah rawatib, tidak antusias melakukan shalat malam, tidak bersegera ke masjid ketika mendengar panggilan azan (bagi laki-laki), enggan mengerjakan shalat dhuha dan shalat nafilah lainnya, atau menunda-nunda membayar hutang puasa Ramadhan.
5. Ketika hati kita tidak merasa lapang. Dada terasa sesak, perangai berubah, merasa sumpek dengan tingkah laku orang di sekitar Anda. Suka memperkarakan hal-hal kecil lagi remeh-temeh. Ketahuilah, Rasulullah saw. berkata, “Iman itu adalah kesabaran dan kelapangan hati.” (As-Silsilah Ash-Shahihah, nomor 554)
6. Ketika kita tidak tersentuh oleh kandungan ayat-ayat Al-Qur’an. Tidak bergembira ayat-ayat yang berisi janji-janji Allah. Tidak takut dengan ayat-ayat ancaman. Tidak sigap kala mendengar ayat-ayat perintah. Biasa saja saat membaca ayat-ayat pensifatan kiamat dan neraka. Hati-hatilah, jika kita merasa bosan dan malas untuk mendengarkan atau membaca Al-Qur’an. Jangan sampai kita membuka mushhaf, tapi di saat yang sama melalaikan isinya.
Ketahuilah, Allah swt. berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.” (Al-Anfal:2)
7. Ketika kita melalaikan Allah dalam hal berdzikir dan berdoa kepada-Nya. Sehingga kita merasa berdzikir adalah pekerjaan yang paling berat. Jika mengangkat tangan untuk berdoa, secepat itu pula kita menangkupkan tangan dan menyudahinya. Hati-hatilah! Jika hal ini telah menjadi karakter kita. Sebab, Allah telah mensifati orang-orang munafik dengan firman-Nya, “Dan, mereka tidak menyebut Allah kecuali hanya sedikit sekali.” (An-Nisa:142)
8. Ketika kita tidak merasa marah ketika menyaksikan dengan mata kepala sendiri pelanggaran terhadap hal-hal yang diharamkan Allah. Ghirah kita padam. Anggota tubuh kita tidak tergerak untuk melakukan nahyi munkar. Bahkan, raut muka kita pun tidak berubah sama sekali.
Ketahuilah, Rasulullah saw. bersabda, “Apabila dosa dikerjakan di bumi, maka orang yang menyaksikannya dan dia membencinya –dan kadang beliau mengucapkan: mengingkarinya–, maka dia seperti orang yang tidak menyaksikannya. Dan, siapa yang tidak menyaksikannya dan dia ridha terhadap dosa itu dan dia pun ridha kepadanya, maka dia seperti orang yang menyaksikannya.” (Abu Daud, hadits nomor 4345).
Ingatlah, pesan Rasulullah saw. ini, “Barangsiapa di antara kalian yang melihat kemungkaran, maka hendaklah ia mengubah kemungkaran itu dengan tangannya. Jika tidak mampu, maka dengan lisannya. Kalau tidak sanggup, maka dengan hatinya, dan ini adalah selemah-lemahnya iman.” (Bukhari, hadits nomor 903 dan Muslim, hadits nomor 70)
9. Ketika kita gila hormat dan suka publikasi. Gila kedudukan, ngebet tampil sebagai pemimpin tanpa dibarengi kemampuan dan tanggung jawab. Suka menyuruh orang lain berdiri ketika dia datang, hanya untuk mengenyangkan jiwa yang sakit karena begitu gandrung diagung-agungkan orang. Narsis banget!
Allah berfirman, “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (Luqman:18)
Nabi saw. pernah mendengar ada seseorang yang berlebihan dalam memuji orang lain. Beliau pun lalu bersabda kepada si pemuji, “Sungguh engkau telah membinasakan dia atau memenggal punggungnya.” (Bukhari, hadits nomor 2469, dan Muslim hadits nomor 5321)
Hati-hatilah. Ingat pesan Rasulullah ini, “Sesungguhnya kamu sekalian akan berhasrat mendapatkan kepemimpinan, dan hal itu akan menjadikan penyesalan pada hari kiamat. Maka alangkah baiknya yang pertama dan alangkah buruknya yang terakhir.” (Bukhari, nomor 6729)
Jika kamu sekalian menghendaki, akan kukabarkan kepadamu tentang kepemimpinan dan apa kepemimpinan itu. Pada awalnya ia adalah cela, keduanya ia adalah penyesalan, dan ketiganya ia adalah azab hati kiamat, kecuali orang yang adil.” (Shahihul Jami, 1420).
Untuk orang yang tidak tahu malu seperti ini, perlu diingatkan sabda Rasulullah saw. yang berbunyi, “Iman mempunyai tujuh puluh lebih, atau enam puluh lebih cabang. Yang paling utama adalah ucapan ‘Laa ilaaha illallah’, dan yang paling rendah adalah menghilangkan sesuatu yang mengganggu dari jalanan. Dan malu adalah salah satu cabang dari keimanan.” (Bukhari, hadits nomor 8, dan Muslim, hadits nomor 50)
Maukah kalian kuberitahu siapa penghuni neraka?” tanya Rasulullah saw. Para sahabat menjawab, “Ya.” Rasulullah saw. bersabda, “Yaitu setiap orang yang kasar, angkuh, dan sombong.” (Bukhari, hadits 4537, dan Muslim, hadits nomor 5092)
10. Ketika kita bakhil dan kikir. Ingatlah perkataan Rasulullah saw. ini, “Sifat kikir dan iman tidak akan bersatu dalam hati seorang hamba selama-lamanya.” (Shahihul Jami’, 2678)
11. Ketika kita mengatakan sesuatu yang tidak Anda perbuat. Ingat, Allah swt. benci dengan perbuatan seperti itu. “Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa yang tiada kamu perbuat.” (Ash-Shaff:2-3)
Apakah kita lupa dengan definisi iman? Iman itu adalah membenarkan dengan hati, diikrarkan dengan lisan, dan diamalkan dengan perbuatan. Jadi, harus konsisten.
12. Ketika kita merasa gembira dan senang jika ada saudara sesama muslim mengalami kesusahan.Dan kita merasa sedih jika ada orang yang lebih unggul dari kita dalam beberapa hal.
Ingatlah! Kata Rasulullah saw, “Tidak ada iri yang dibenarkan kecuali terhadap dua orang, yaitu terhadap orang yang Allah berikan harga, ia menghabiskannya dalam kebaikan; dan terhadap orang yang Allah berikan ilmu, ia memutuskan dengan ilmu itu dan mengajarkannya kepada orang lain.” (Bukhari, hadits nomor 71 dan Muslim, hadits nomor 1352)
13. Ketika kita menilai sesuatu dari dosa apa tidak, dan tidak mau melihat dari sisi makruh apa tidak. Akibatnya, kita akan enteng melakukan hal-hal yang syubhat dan dimakruhkan agama. Hati-hatilah! Sebab, Rasulullah saw. pernah bersabda, “Barangsiapa yang berada dalam syubhat, berarti dia berada dalam yang haram, seperti penggembala yang menggembalakan ternaknya di sekitar tanaman yang dilindungi yang dapat begitu mudah untuk merumput di dalamnya.” (Muslim, hadits nomor 1599)
Iman kita pasti dalam keadaan lemah, jika kita mengatakan, “Gak apa. Ini kan cuma dosa kecil. Gak seperti dia yang melakukan dosa besar. Istighfar tiga kali juga hapus tuh dosa!” Jika sudah seperti ini, suatu ketika kita pasti tidak akan ragu untuk benar-benar melakukan kemungkaran yang besar. Sebab, rem imannya sudah tidak pakem lagi.
14. Ketika kita mencela hal yang makruf dan punya perhatian dengan kebaikan-kebaikan kecil. Ini pesan Rasulullah saw., “Jangan sekali-kali kamu mencela yang makruf sedikitpun, meski engkau menuangkan air di embermu ke dalam bejana seseorang yang hendak menimba air, dan meski engkau berbicara dengan saudarmu sedangkan wajahmu tampak berseri-seri kepadanya.” (Silsilah Shahihah, nomor 1352)
Ingatlah, surga bisa kita dapat dengan amal yang kelihatan sepele! Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa yang menyingkirkan gangguan dari jalan orang-orang muslim, maka ditetapkan satu kebaikan baginya, dan barangsiapa yang diterima satu kebaikan baginya, maka ia akan masuk surga.” (Bukhari, hadits nomor 593)
15. Ketika kita tidak mau memperhatikan urusan kaum muslimin dan tidak mau melibatkan diri dalam urusan-urusan mereka. Bahkan, untuk berdoa bagi keselamatan mereka pun tidak mau. Padahal seharusnya seorang mukmin seperti hadits Rasulullah ini, “Sesungguhnya orang mukmin dari sebagian orang-orang yang memiliki iman adalah laksana kedudukan kepala dari bagian badan. Orang mukmin itu akan menderita karena keadaan orang-orang yang mempunyai iman sebagaimana jasad yang ikut menderita karena keadaan di kepala.” (Silsilah Shahihah, nomor 1137)
16. Ketika kita memutuskan tali persaudaraan dengan saudara kita. Tidak selayaknya dua orang yang saling kasih mengasihi karean Allah Azza wa Jalla atau karena Islam, lalu keduanya dipisahkan oleh permulaan dosa yang dilakukan salah seorang di antara keduanya,” begitu sabda Rasulullah saw. (Bukhari, hadits nomor 401)
17. Ketika kita tidak tergugah rasa tanggung jawabnya untuk beramal demi kepentingan Islam. Tidak mau menyebarkan dan menolong agama Allah ini. Merasa cukup bahwa urusan dakwah itu adalah kewajiban para ulama. Padahal, Allah swt. berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, jadilah kalian penolong-penolong (agama) Allah.” (Ash-Shaff:14)
18. Ketika kita merasa resah dan takut tertimpa musibah; atau mendapat problem yang berat. Lalu kita tidak bisa bersikap sabar dan berhati tegar. kita kalut. Tubuh kita gemetar. Wajah pucat. Ada rasa ingin lari dari kenyataan. Ketahuilah, iman kita sedang diuji Allah. “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: Kami telah beriman, sedang mereka belum diuji.” (Al-Ankabut:2)
Seharusnya seorang mukmin itu pribadi yang ajaib. Jiwanya stabil. “Alangkah menakjubkannya kondisi orang yang beriman. Karena seluruh perkaranya adalah baik. Dan hal itu hanya terjadi bagi orang yang beriman, yaitu jika ia mendapatkan kesenangan maka ia bersyukur dan itu menjadi kebaikan baginya; dan jika ia tertimpa kesulitan dia pun bersabar, maka hal itu menjadi kebaikan baginya.” (Muslim)
19. Ketika Anda senang berbantah-bantahan dan berdebat. Padahal, perbuatan itu bisa membuat hati Anda keras dan kaku. “Tidaklah segolongan orang menjadi tersesat sesudah ada petunjuk yang mereka berada pada petunjuk itu, kecuali jika mereka suka berbantah-bantahan.” (Shahihul Jami’, nomor 5633)
20. Ketika kita bergantung pada keduniaan, menyibukkan diri dengan urusan dunia, dan merasa tenang dengan dunia. Orientasi kita tidak lagi kepada kampung akhirat, tapi pada tahta, harta, dan wanita. Ingatlah, “Dunia itu penjara bagi orang yang beriman, dan dunia adalah surga bagi orang kafir.” (Muslim)
21. Ketika kita senang mengucapkan dan menggunakan bahasa yang digunakan orang-orang yang tidak mencirikan keimanan ada dalam hatinya. Sehingga, tidak ada kutipan nash atau ucapan bermakna semisal itu dalam ucapan kita.
Bukankah Allah swt. telah berfirman, “Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku: ‘Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya setan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia’.” (Al-Israa’:53)
Seperti inilah seharusnya sikap seorang yang beriman. “Dan apabila mereka mendengar perkataan yang tidak bermanfaat, mereka berpaling daripadanya dan mereka berkata: ‘Bagi kami amal-amal kami dan bagimu amal-amalmu, kesejahteraan atas dirimu, kami tidak ingin bergaul dengan orang-orang jahil.’” (Al-Qashash:55)
Nabi saw. bersabda, “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah berkata yang baik atau diam.” (Bukhari dan Muslim)
22. Ketika kita berlebih-lebihan dalam masalah makan-minum, berpakaian, bertempat tinggal, dan berkendaraan. Gandrung pada kemewahan yang tidak perlu. Sementara, begitu banyak orang di sekeliling kita sangat membutuhkan sedikit harta untuk menyambung hidup.
Ingat, Allah swt. telah mengingatkan hal ini, ”Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (Al-A’raf:31). Bahkan, Allah swt. menyebut orang-orang yang berlebihan sebagai saudaranya setan. Karena itu Allah memerintahkan kita untuk, “Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang terdekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan, dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.” (Al-Isra’:26)
Rasulullah saw. bersabda, “Jauhilah hidup mewah, karena hamba-hamba Allah itu bukanlah orang-orang yang hidup mewah.(Al-Silsilah Al-Shahihah, nomor 353).
Sumber: www.dakwatuna.com
Qiyamul Lail (Shalat Malam) adalah ibadah sunnah yang memiliki banyak manfaat bagi orang yang mengamalkannya. Di antaranya adalah hati menjadi tenang, merasa lebih dekat dengan Allah, lebih sabar, dan masih banyak sekali efek positif yang lainnya. Namun kadang kita sulit sekali bangun malam sehingga kita melewatkan qiyamul lail. Untuk bisa istiqomah melaksanakan qiyamul lail,diperlukan kesungguhan dan kebulatan tekad. Hal demikian tentu akan sangat mudah direalisasikan dengan izin Allah. Semoga Allah memberikan kemudahan bagi kita semua untuk melaksanakan sejumlah ketaatan. Berikut ini adalah tips-tips biar kita mudah meninggalkan tempat tidur guna bermunajat dengan Yang Maha Pengasih serta bisa istiqomah dalam melaksanakannya.
  1. Diusahakan melakukan shalat lima  waktu secara tepat waktu dan berjamaah di masjid (bagi laki-laki) kemudian melengkapinya dengan sholat sunnah rawatib.
  2. Memprogram aktivitas 24 jam
  3. Memahami kebutuhan akal, jasmani dan rohani dan diberikan secara seimbang.
  4. Mengetahui keutamaan, nilai, dan pahala yang Allah sediakan untuk orang yang melakukan qiyamul lail.
  5. Hindari maksiat dan dosa dan cepatlah istighfar (mohon ampun) ketika melakukan dosa.
Sufyan Ats-Tsauri berkata : “Aku sulit sekali melakukan Qiyamul Lail selama 5 bulan disebabkan satu dosa yang aku lakukan
  1. Mempunyai perasaan bermunajat dengan Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang
  2. Berniat dan bertekad kuat untuk bangun malam guna melaksanakannya. Terutama tekad dan niat tersebut dilakukan sebelum tidur. Ketika kita sudah memasang niat dan tekad untuk qiyamul lail, Insyaallah Allah memudahkan untuk bangun beribadah kepada-Nya.
  3. Saling bekerja sama di antara anggota keluarga untuk melakukan qiyamul lail. Caranya bisa dengan membangunkan, shalat bersama, dsb.
  4. Tidur dalam kondisi bersuci (wudlu).
  5. Jangan lupa berdzikir sebelum tidur sekalian bertekad bangun untuk qiamul lail.
  6. Tidak makan hingga terlalu kenyang, terutama sebelum tidur agar badan menjadi ringan untuk ibadah.
  7. Langsung tidur atau istirahat setelah shalat Isya' agar bisa bangun lebih awal. Karenanya, Rasulullah saw. memakruhkan berbincang-bincang sesudah Isya' kecuali jika darurat dan ada kebutuhan.
  8. Hendaknya tidur sejenak di siang hari agar kuat untuk bangun di malam hari.
  9. Membaca sejarah orang-orang yang senantiasa menjaga qiyamul lail agar lebih termotivasi.
  10. Perbanyak dzikir kepada Allah (Dzikir pagi dan petang hari) yang akan menjaga dari godaan syetan.
  11. Senantiasa berdoa kepada Allah agar selalu ditunjukkan jalan yang lurus serta bisa istiqomah dalam melaksanakan qiyamul lail.
  12. jangan tidur di atas kasur yang empuk.
  13. jangan memakai selimut yang tebal
  14. Kenali Jam Biologis Anda
Karena sesuai dengan fitrah, maka qiyamul lail pun pasti sesuai dengan jam biologis manusia.  Carilah waktu yang tepat untuk tidur malam sehingga Anda tidak akan lalai melaksanakan qiyamul lail.  Buat saya, asalkan saya sudah tidur pada pukul sebelas malam, maka hampir seratus persen pasti saya akan terbangun pada pukul tiga atau empat pagi tanpa perlu memasang weker.  Kalau saya tidur lebih awal lagi, maka saya pun akan terbangun lebih pagi lagi.  Demikianlah jam biologis saya.  Bagaimana dengan Anda?
  1. Aktifkan alarm untuk membantu.
 Demikianlah tips-tips agar kita bisa bangun malam untuk qiyamul lail yang saya dapatkan dari berbagai sumber. Semoga memberikan motivasi kepada kita menjadi orang yang dekat dengan Allah, mulia disisiNYA dan di sisi manusia yang akhirnya menjadi penghuni surga. Wallahu A'lam Bish-Shawab.
Cintaku bukanlah cinta biasa
Karena Engkau yang memiliki
Dan Engkaulah yang temaniku
Seumur hidupku…

Koq seperti lagunya Afgan ya? Emang syair di atas adalah penggalan lirik lagu Afgan “bukan cinta biasa” yang sebagian kata-katanya sengaja aku ganti.
Yup!!! Cintaku memang bukan cinta biasa karena aku punya cinta yang luar biasa yang diberikan oleh Yang Maha Cinta, Allah subhanallahu wa ta’ala. Cinta yang membuat hidupku tak biasa karena merasakan dasyatnya cinta yang Dia berikan. Cinta yang membawaku pada jalan yang menuju cintaNYA, cinta yang membuatku bersyukur dan bersabar dalam menjalani hidup di dunia yang sering tak terbaca skenarionya, cinta yang membuatku tetap berdiri tegar ketika badai kehidupan menyapaku dengan perkasanya, cinta yang melindungiku dari rencana yang melanggar aturan-NYa, cinta yang membawaku ke cita-cita yang aku rencanakan, cinta yang …..banyak deh! Ga bakalan sanggup untuk aku tuliskan semuanya. Nanti bisa kriting jari-jariku.He…3x. (lebay….) Tapi yang ku sebutin tadi beneran koq. Ga lebay. Betulkan?

Cintaku bukan cinta biasa, karena Allah lah yang memiliki. Diri ini adalah milik-NYA, jadi segala yang kumiliki pun adalah milik-NYA. Dan hanya Allah yang menemani seumur hidupku, setiap detik, setiap saat, setiap waktu.
Ketika aku ingin melanjutkan sekolahku, Dia menunjukkan cintaNYA dengan beasiswa itu. Ketika aku hampir putus asa di pertengahan kuliah, Dia menunjukkan cintaNYA lewat sahabat-sahabat yang selalu menghiburku. Ketika aku ingin mandiri tanpa membebani orang tua lagi, Dia menunjukkan cintaNYA dengan memberi banyak adek les untukku. Ketika aku bingung mengejar deadline TA, Dia memberikan cintaNYA lewat teman-teman yang membantuku. Ketika aku salah, Dia menunjukkan cintaNYA lewat nasehat sahabatku. Ketika aku kecewa dengan seorang teman, Dia menunjukkan cintaNYA lewat sahabat-sahabat yang menyayangiku. Dan ketika-ketika yang lain.
Thanks You Ya Rabb. Semoga aku selalu besyukur atas segala cinta yang telah Engkau beri untukku.

Nama-nama Cinta (Episode 1)

Cinta, suatu kata yang banyak disanjung orang, tapi kebanyakan dari mereka sering tak mengerti apa itu cinta. Kadang tak akan ada ujungnya jika orang membicarkan cinta karena semakin kitsa membahas tentang cinta, semakin kita tak mengerti. Kata Rumi dalam puisinya, cinta sendiri yang akan menerangkan cinta dan percintaan.

Sekalipun cinta telah kuuraikan dan kujelaskan panjang lebar
Namun jika cinta kudatangi, aku jadi malu dengan keteranganku sendiri
Meskipun lidahku telah mampu menguraikan dengan terang
Namun tanpa lidah, ternyata cinta lebih terang
Sementara pena begitu tergesa-gesa menuliskannya
Kata-kata pecah berkeping-keping begitu sampai kepada cinta
Dalam menguraikan cinta, akal terbaring tak berdaya
Bagaikan keledai terbaring dalam lumpur
Cinta sendirilah yang menerangkan cinta dan percintaan
(Petikan puisi Rumi dalam Diwan Shamsi Tabriz diterjemahkan oleh Abdul Hadi W.M)

Para pemuja cinta ada yang mengumpamakan cinta dengan berbagai sebutan seperti:
  1. Bagaikan singa dan pedang
  2. Bagaikan bencana
  3. Bagaikan minuman yang memabukkan.
Ketiga kata di atas terhimpun dalam kata al-hubb (cinta). Ada sekitar 60 kata yang disamakan dengan cinta. Di sini aya akan menyebutkan beberapa di antaranya.
  1. Al-Mahabbah (cinta)
Menurut suatu pendapat, makna asal mahabbah adalah jernih, karena orang Arab menyebut gigi yang putih lagi bersih dengan sebutan hababul asnan. Menurut pendapat yang lain,makna asalnya diambil dari al-habaab yang berarti gelembung yang timbul di permukaan air manakala hujan sangat lebat. Berdasarkan pengertian ini, mahabbah berarti gelora kalbu saat terguncang oleh kerinduan untuk bersua dengan sang kekasih. Menurut pendapat lain, mahabbah berakar dari makna tetap dan mapan. Dikatakan ahabbal ba’iiru apabila seekor unta tetap mendekam dan tidak mau bangkit.
  1. Al-’Alaqoh (ketergantungan)
Al-’Alaqoh berakar dari kata al-’alaq (gantungan), memakai wazan al-falaq, merupakan salah satu dari nama lain cinta. Al-Jauhari telah mengatakan bahwa al-alaq juga merupakan nama lain dari cinta. Dikatakan nazhrotun min dzil’alaq artinya pandangan dari orang yang jatuh cinta.
  1. Al-Hawa(kecenderungan hati)
Kecenderungan kepada sesuatu disebut al-hawa. Al-hawa juga berarti diri sang kekasih. Kebanyakan kata al-hawa digunakan untuk menunjukkan makna cinta yang tercela, sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah Q.S An-Naazi’aat (79) : 40-41
Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal (nya).
  1. Shobwah (Kerinduan)
Shobwah dan ash-shibaa termasuk nama lain dari cinta juga. Dalam Kamus Ash-Shihah disebutkan bahwa ash-shibaa termasuk nama lain dari rindu.
  1. Ash-Shobaabah (Rindu berat)
Menurut kamus Ash-Shihah, Ash-shoobabah berarti kerinduan yang lembut tetapi menyengat. Bentuk kata kerjanya berasal dari shobba. Dikatakan rojulun shoobun berarti lelaki yang rindu berat.



This isi my favourite meal. Kalo adikku sukanya waktu masih hangat aja,kalo sdh dingin dia ogah makan makanan ini.
Ini resep n cara membuatnya.

Bahan:
2 buah jagung (sisir halus)
Daun bawang secukupnya
1 buah telur
3 sdm tepung terigu
Air secukupnya

Bumbu yang dihaluskan:
7 buah cabe rawit
1 lembar daun jeruk purut
5 siung bawang merah
2 siung bawang putih
1 sdm ketumbar
1 sdt garam
1 sdt gula

Cara membuat:
Campur semua bahan dan bumbu yang sudah dihaluskan.Kemudian goreng hingga kecoklatan.Selamat mencoba.

Tanda-Tanda Iman sedang Lemah


Sudah menjadi fitrah bagi manusia bahwa iman yang ada dalam hatinya selalu dalam keadaan naik turun (lemah). Gimana sih mendeteksi kalau iman kita sedang lemah? Berikut ini ada 22 tanda lemahnya iman seorang muslim. Coba cermati satu-satu and periksa diri kita apakah saat ini iman kita dalam keadaan lemah atau fit. Apakah tanda-tanda tersebut sering ada pada diri kita? Jangan sampai tanda-tanda lemahnya iman berikut selalu menemani hari-hari kita. Na’udzubillah.
1. Ketika kita sedang melakukan kedurhakaan atau dosa. Hati-hatilah! Sebab, perbuatan dosa jika dilakukan berkali-kali akan menjadi kebiasaan. Jika sudah menjadi kebiasaan, maka segala keburukan dosa akan hilang dari penglihatan kita. Akibatnya, kita akan berani melakukan perbuatan durhaka dan dosa secara terang-terangan.
Ketahuilah, Rasululllah saw. pernah berkata, “Setiap umatku mendapatkan perindungan afiat kecuali orang-orang yang terang-terangan. Dan, sesungguhnya termasuk perbuatan terang-terangan jika seseirang melakukan suatu perbuatan pada malam hari, kemudian dia berada pada pagi hari padahal Allah telah menutupinya, namun dia berkata, ‘Hai fulan, tadi malam aku telah berbuat begini dan begini,’ padahal sebelum itu Rabb-nya telah menutupi, namun kemudian dia menyibak sendiri apa yang telah ditutupi Allah dari dirinya.” (Bukhari, 10/486)
Rasulullah saw. bersabda, “Tidak ada pezina yang di saat berzina dalam keadaan beriman. Tidak ada pencuri yang si saat mencuri dalam keadaan beriman. Begitu pula tidak ada peminum arak di saat meminum dalam keadaan beriman.” (Bukhari, hadits nomor 2295 dan Muslim, hadits nomor 86)
2. Ketika hati kita terasa begitu keras dan kaku. Sampai-sampai menyaksikan orang mati terkujur kaku pun tidak bisa menasihati dan memperlunak hati kita. Bahkan, ketika ikut mengangkat si mayit dan menguruknya dengan tanah. Hati-hatilah! Jangan sampai kita masuk ke dalam ayat ini, “Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi.” (Al-Baqarah:74)
3. Ketika kita tidak tekun dalam beribadah. Tidak khusyuk dalam shalat. Tidak menyimak dalam membaca Al-Qur’an. Melamun dalam doa. Semua dilakukan sebagai rutinitas dan refleksi hafal karena kebiasaan saja. Tidak berkonsentrasi sama sekali. Beribadah tanpa ruh. Ketahuilah! Rasulullah saw. berkata, “Tidak akan diterima doa dari hati yang lalai dan main-main.” (Tirmidzi, hadits nomor 3479)
4. Ketika kita terasas malas untuk melakukan ketaatan dan ibadah. Bahkan, meremehkannya. Tidak memperhatikan shalat di awal waktu. Mengerjakan shalat ketika injury time, waktu shalat sudah mau habis. Menunda-nunda pergi haji padahal kesehatan, waktu, dan biaya ada. Menunda-nunda pergi shalat Jum’at dan lebih suka barisan shalat yang paling belakang. Waspadalah jika kita berprinsip, datang paling belakangan, pulang paling duluan. Ketahuilah, Rasulullah saw. bersabda, “Masih ada saja segolongan orang yang menunda-nunda mengikuti shaff pertama, sehingga Allah pun menunda keberadaan mereka di dalam neraka.” (Abu Daud, hadits nomor 679)
Allah swt. menyebut sifat malas seperti itu sebagai sifat orang-orang munafik. “Dan, apabila mereka berdiri untuk shalat, mereka berdiri dengan malas.”
Jadi, hati-hatilah jika kita merasa malas melakukan ibadah-ibadah rawatib, tidak antusias melakukan shalat malam, tidak bersegera ke masjid ketika mendengar panggilan azan (bagi laki-laki), enggan mengerjakan shalat dhuha dan shalat nafilah lainnya, atau menunda-nunda membayar hutang puasa Ramadhan.
5. Ketika hati kita tidak merasa lapang. Dada terasa sesak, perangai berubah, merasa sumpek dengan tingkah laku orang di sekitar Anda. Suka memperkarakan hal-hal kecil lagi remeh-temeh. Ketahuilah, Rasulullah saw. berkata, “Iman itu adalah kesabaran dan kelapangan hati.” (As-Silsilah Ash-Shahihah, nomor 554)
6. Ketika kita tidak tersentuh oleh kandungan ayat-ayat Al-Qur’an. Tidak bergembira ayat-ayat yang berisi janji-janji Allah. Tidak takut dengan ayat-ayat ancaman. Tidak sigap kala mendengar ayat-ayat perintah. Biasa saja saat membaca ayat-ayat pensifatan kiamat dan neraka. Hati-hatilah, jika kita merasa bosan dan malas untuk mendengarkan atau membaca Al-Qur’an. Jangan sampai kita membuka mushhaf, tapi di saat yang sama melalaikan isinya.
Ketahuilah, Allah swt. berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.” (Al-Anfal:2)
7. Ketika kita melalaikan Allah dalam hal berdzikir dan berdoa kepada-Nya. Sehingga kita merasa berdzikir adalah pekerjaan yang paling berat. Jika mengangkat tangan untuk berdoa, secepat itu pula kita menangkupkan tangan dan menyudahinya. Hati-hatilah! Jika hal ini telah menjadi karakter kita. Sebab, Allah telah mensifati orang-orang munafik dengan firman-Nya, “Dan, mereka tidak menyebut Allah kecuali hanya sedikit sekali.” (An-Nisa:142)
8. Ketika kita tidak merasa marah ketika menyaksikan dengan mata kepala sendiri pelanggaran terhadap hal-hal yang diharamkan Allah. Ghirah kita padam. Anggota tubuh kita tidak tergerak untuk melakukan nahyi munkar. Bahkan, raut muka kita pun tidak berubah sama sekali.
Ketahuilah, Rasulullah saw. bersabda, “Apabila dosa dikerjakan di bumi, maka orang yang menyaksikannya dan dia membencinya –dan kadang beliau mengucapkan: mengingkarinya–, maka dia seperti orang yang tidak menyaksikannya. Dan, siapa yang tidak menyaksikannya dan dia ridha terhadap dosa itu dan dia pun ridha kepadanya, maka dia seperti orang yang menyaksikannya.” (Abu Daud, hadits nomor 4345).
Ingatlah, pesan Rasulullah saw. ini, “Barangsiapa di antara kalian yang melihat kemungkaran, maka hendaklah ia mengubah kemungkaran itu dengan tangannya. Jika tidak mampu, maka dengan lisannya. Kalau tidak sanggup, maka dengan hatinya, dan ini adalah selemah-lemahnya iman.” (Bukhari, hadits nomor 903 dan Muslim, hadits nomor 70)
9. Ketika kita gila hormat dan suka publikasi. Gila kedudukan, ngebet tampil sebagai pemimpin tanpa dibarengi kemampuan dan tanggung jawab. Suka menyuruh orang lain berdiri ketika dia datang, hanya untuk mengenyangkan jiwa yang sakit karena begitu gandrung diagung-agungkan orang. Narsis banget!
Allah berfirman, “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (Luqman:18)
Nabi saw. pernah mendengar ada seseorang yang berlebihan dalam memuji orang lain. Beliau pun lalu bersabda kepada si pemuji, “Sungguh engkau telah membinasakan dia atau memenggal punggungnya.” (Bukhari, hadits nomor 2469, dan Muslim hadits nomor 5321)
Hati-hatilah. Ingat pesan Rasulullah ini, “Sesungguhnya kamu sekalian akan berhasrat mendapatkan kepemimpinan, dan hal itu akan menjadikan penyesalan pada hari kiamat. Maka alangkah baiknya yang pertama dan alangkah buruknya yang terakhir.” (Bukhari, nomor 6729)
Jika kamu sekalian menghendaki, akan kukabarkan kepadamu tentang kepemimpinan dan apa kepemimpinan itu. Pada awalnya ia adalah cela, keduanya ia adalah penyesalan, dan ketiganya ia adalah azab hati kiamat, kecuali orang yang adil.” (Shahihul Jami, 1420).
Untuk orang yang tidak tahu malu seperti ini, perlu diingatkan sabda Rasulullah saw. yang berbunyi, “Iman mempunyai tujuh puluh lebih, atau enam puluh lebih cabang. Yang paling utama adalah ucapan ‘Laa ilaaha illallah’, dan yang paling rendah adalah menghilangkan sesuatu yang mengganggu dari jalanan. Dan malu adalah salah satu cabang dari keimanan.” (Bukhari, hadits nomor 8, dan Muslim, hadits nomor 50)
Maukah kalian kuberitahu siapa penghuni neraka?” tanya Rasulullah saw. Para sahabat menjawab, “Ya.” Rasulullah saw. bersabda, “Yaitu setiap orang yang kasar, angkuh, dan sombong.” (Bukhari, hadits 4537, dan Muslim, hadits nomor 5092)
10. Ketika kita bakhil dan kikir. Ingatlah perkataan Rasulullah saw. ini, “Sifat kikir dan iman tidak akan bersatu dalam hati seorang hamba selama-lamanya.” (Shahihul Jami’, 2678)
11. Ketika kita mengatakan sesuatu yang tidak Anda perbuat. Ingat, Allah swt. benci dengan perbuatan seperti itu. “Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa yang tiada kamu perbuat.” (Ash-Shaff:2-3)
Apakah kita lupa dengan definisi iman? Iman itu adalah membenarkan dengan hati, diikrarkan dengan lisan, dan diamalkan dengan perbuatan. Jadi, harus konsisten.
12. Ketika kita merasa gembira dan senang jika ada saudara sesama muslim mengalami kesusahan.Dan kita merasa sedih jika ada orang yang lebih unggul dari kita dalam beberapa hal.
Ingatlah! Kata Rasulullah saw, “Tidak ada iri yang dibenarkan kecuali terhadap dua orang, yaitu terhadap orang yang Allah berikan harga, ia menghabiskannya dalam kebaikan; dan terhadap orang yang Allah berikan ilmu, ia memutuskan dengan ilmu itu dan mengajarkannya kepada orang lain.” (Bukhari, hadits nomor 71 dan Muslim, hadits nomor 1352)
13. Ketika kita menilai sesuatu dari dosa apa tidak, dan tidak mau melihat dari sisi makruh apa tidak. Akibatnya, kita akan enteng melakukan hal-hal yang syubhat dan dimakruhkan agama. Hati-hatilah! Sebab, Rasulullah saw. pernah bersabda, “Barangsiapa yang berada dalam syubhat, berarti dia berada dalam yang haram, seperti penggembala yang menggembalakan ternaknya di sekitar tanaman yang dilindungi yang dapat begitu mudah untuk merumput di dalamnya.” (Muslim, hadits nomor 1599)
Iman kita pasti dalam keadaan lemah, jika kita mengatakan, “Gak apa. Ini kan cuma dosa kecil. Gak seperti dia yang melakukan dosa besar. Istighfar tiga kali juga hapus tuh dosa!” Jika sudah seperti ini, suatu ketika kita pasti tidak akan ragu untuk benar-benar melakukan kemungkaran yang besar. Sebab, rem imannya sudah tidak pakem lagi.
14. Ketika kita mencela hal yang makruf dan punya perhatian dengan kebaikan-kebaikan kecil. Ini pesan Rasulullah saw., “Jangan sekali-kali kamu mencela yang makruf sedikitpun, meski engkau menuangkan air di embermu ke dalam bejana seseorang yang hendak menimba air, dan meski engkau berbicara dengan saudarmu sedangkan wajahmu tampak berseri-seri kepadanya.” (Silsilah Shahihah, nomor 1352)
Ingatlah, surga bisa kita dapat dengan amal yang kelihatan sepele! Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa yang menyingkirkan gangguan dari jalan orang-orang muslim, maka ditetapkan satu kebaikan baginya, dan barangsiapa yang diterima satu kebaikan baginya, maka ia akan masuk surga.” (Bukhari, hadits nomor 593)
15. Ketika kita tidak mau memperhatikan urusan kaum muslimin dan tidak mau melibatkan diri dalam urusan-urusan mereka. Bahkan, untuk berdoa bagi keselamatan mereka pun tidak mau. Padahal seharusnya seorang mukmin seperti hadits Rasulullah ini, “Sesungguhnya orang mukmin dari sebagian orang-orang yang memiliki iman adalah laksana kedudukan kepala dari bagian badan. Orang mukmin itu akan menderita karena keadaan orang-orang yang mempunyai iman sebagaimana jasad yang ikut menderita karena keadaan di kepala.” (Silsilah Shahihah, nomor 1137)
16. Ketika kita memutuskan tali persaudaraan dengan saudara kita. Tidak selayaknya dua orang yang saling kasih mengasihi karean Allah Azza wa Jalla atau karena Islam, lalu keduanya dipisahkan oleh permulaan dosa yang dilakukan salah seorang di antara keduanya,” begitu sabda Rasulullah saw. (Bukhari, hadits nomor 401)
17. Ketika kita tidak tergugah rasa tanggung jawabnya untuk beramal demi kepentingan Islam. Tidak mau menyebarkan dan menolong agama Allah ini. Merasa cukup bahwa urusan dakwah itu adalah kewajiban para ulama. Padahal, Allah swt. berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, jadilah kalian penolong-penolong (agama) Allah.” (Ash-Shaff:14)
18. Ketika kita merasa resah dan takut tertimpa musibah; atau mendapat problem yang berat. Lalu kita tidak bisa bersikap sabar dan berhati tegar. kita kalut. Tubuh kita gemetar. Wajah pucat. Ada rasa ingin lari dari kenyataan. Ketahuilah, iman kita sedang diuji Allah. “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: Kami telah beriman, sedang mereka belum diuji.” (Al-Ankabut:2)
Seharusnya seorang mukmin itu pribadi yang ajaib. Jiwanya stabil. “Alangkah menakjubkannya kondisi orang yang beriman. Karena seluruh perkaranya adalah baik. Dan hal itu hanya terjadi bagi orang yang beriman, yaitu jika ia mendapatkan kesenangan maka ia bersyukur dan itu menjadi kebaikan baginya; dan jika ia tertimpa kesulitan dia pun bersabar, maka hal itu menjadi kebaikan baginya.” (Muslim)
19. Ketika Anda senang berbantah-bantahan dan berdebat. Padahal, perbuatan itu bisa membuat hati Anda keras dan kaku. “Tidaklah segolongan orang menjadi tersesat sesudah ada petunjuk yang mereka berada pada petunjuk itu, kecuali jika mereka suka berbantah-bantahan.” (Shahihul Jami’, nomor 5633)
20. Ketika kita bergantung pada keduniaan, menyibukkan diri dengan urusan dunia, dan merasa tenang dengan dunia. Orientasi kita tidak lagi kepada kampung akhirat, tapi pada tahta, harta, dan wanita. Ingatlah, “Dunia itu penjara bagi orang yang beriman, dan dunia adalah surga bagi orang kafir.” (Muslim)
21. Ketika kita senang mengucapkan dan menggunakan bahasa yang digunakan orang-orang yang tidak mencirikan keimanan ada dalam hatinya. Sehingga, tidak ada kutipan nash atau ucapan bermakna semisal itu dalam ucapan kita.
Bukankah Allah swt. telah berfirman, “Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku: ‘Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya setan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia’.” (Al-Israa’:53)
Seperti inilah seharusnya sikap seorang yang beriman. “Dan apabila mereka mendengar perkataan yang tidak bermanfaat, mereka berpaling daripadanya dan mereka berkata: ‘Bagi kami amal-amal kami dan bagimu amal-amalmu, kesejahteraan atas dirimu, kami tidak ingin bergaul dengan orang-orang jahil.’” (Al-Qashash:55)
Nabi saw. bersabda, “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah berkata yang baik atau diam.” (Bukhari dan Muslim)
22. Ketika kita berlebih-lebihan dalam masalah makan-minum, berpakaian, bertempat tinggal, dan berkendaraan. Gandrung pada kemewahan yang tidak perlu. Sementara, begitu banyak orang di sekeliling kita sangat membutuhkan sedikit harta untuk menyambung hidup.
Ingat, Allah swt. telah mengingatkan hal ini, ”Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (Al-A’raf:31). Bahkan, Allah swt. menyebut orang-orang yang berlebihan sebagai saudaranya setan. Karena itu Allah memerintahkan kita untuk, “Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang terdekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan, dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.” (Al-Isra’:26)
Rasulullah saw. bersabda, “Jauhilah hidup mewah, karena hamba-hamba Allah itu bukanlah orang-orang yang hidup mewah.(Al-Silsilah Al-Shahihah, nomor 353).
Sumber: www.dakwatuna.com

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Tips Biar Istiqomah Qiyamul Lail

Qiyamul Lail (Shalat Malam) adalah ibadah sunnah yang memiliki banyak manfaat bagi orang yang mengamalkannya. Di antaranya adalah hati menjadi tenang, merasa lebih dekat dengan Allah, lebih sabar, dan masih banyak sekali efek positif yang lainnya. Namun kadang kita sulit sekali bangun malam sehingga kita melewatkan qiyamul lail. Untuk bisa istiqomah melaksanakan qiyamul lail,diperlukan kesungguhan dan kebulatan tekad. Hal demikian tentu akan sangat mudah direalisasikan dengan izin Allah. Semoga Allah memberikan kemudahan bagi kita semua untuk melaksanakan sejumlah ketaatan. Berikut ini adalah tips-tips biar kita mudah meninggalkan tempat tidur guna bermunajat dengan Yang Maha Pengasih serta bisa istiqomah dalam melaksanakannya.

  1. Diusahakan melakukan shalat lima  waktu secara tepat waktu dan berjamaah di masjid (bagi laki-laki) kemudian melengkapinya dengan sholat sunnah rawatib.
  2. Memprogram aktivitas 24 jam
  3. Memahami kebutuhan akal, jasmani dan rohani dan diberikan secara seimbang.
  4. Mengetahui keutamaan, nilai, dan pahala yang Allah sediakan untuk orang yang melakukan qiyamul lail.
  5. Hindari maksiat dan dosa dan cepatlah istighfar (mohon ampun) ketika melakukan dosa.
Sufyan Ats-Tsauri berkata : “Aku sulit sekali melakukan Qiyamul Lail selama 5 bulan disebabkan satu dosa yang aku lakukan
  1. Mempunyai perasaan bermunajat dengan Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang
  2. Berniat dan bertekad kuat untuk bangun malam guna melaksanakannya. Terutama tekad dan niat tersebut dilakukan sebelum tidur. Ketika kita sudah memasang niat dan tekad untuk qiyamul lail, Insyaallah Allah memudahkan untuk bangun beribadah kepada-Nya.
  3. Saling bekerja sama di antara anggota keluarga untuk melakukan qiyamul lail. Caranya bisa dengan membangunkan, shalat bersama, dsb.
  4. Tidur dalam kondisi bersuci (wudlu).
  5. Jangan lupa berdzikir sebelum tidur sekalian bertekad bangun untuk qiamul lail.
  6. Tidak makan hingga terlalu kenyang, terutama sebelum tidur agar badan menjadi ringan untuk ibadah.
  7. Langsung tidur atau istirahat setelah shalat Isya' agar bisa bangun lebih awal. Karenanya, Rasulullah saw. memakruhkan berbincang-bincang sesudah Isya' kecuali jika darurat dan ada kebutuhan.
  8. Hendaknya tidur sejenak di siang hari agar kuat untuk bangun di malam hari.
  9. Membaca sejarah orang-orang yang senantiasa menjaga qiyamul lail agar lebih termotivasi.
  10. Perbanyak dzikir kepada Allah (Dzikir pagi dan petang hari) yang akan menjaga dari godaan syetan.
  11. Senantiasa berdoa kepada Allah agar selalu ditunjukkan jalan yang lurus serta bisa istiqomah dalam melaksanakan qiyamul lail.
  12. jangan tidur di atas kasur yang empuk.
  13. jangan memakai selimut yang tebal
  14. Kenali Jam Biologis Anda
Karena sesuai dengan fitrah, maka qiyamul lail pun pasti sesuai dengan jam biologis manusia.  Carilah waktu yang tepat untuk tidur malam sehingga Anda tidak akan lalai melaksanakan qiyamul lail.  Buat saya, asalkan saya sudah tidur pada pukul sebelas malam, maka hampir seratus persen pasti saya akan terbangun pada pukul tiga atau empat pagi tanpa perlu memasang weker.  Kalau saya tidur lebih awal lagi, maka saya pun akan terbangun lebih pagi lagi.  Demikianlah jam biologis saya.  Bagaimana dengan Anda?
  1. Aktifkan alarm untuk membantu.
 Demikianlah tips-tips agar kita bisa bangun malam untuk qiyamul lail yang saya dapatkan dari berbagai sumber. Semoga memberikan motivasi kepada kita menjadi orang yang dekat dengan Allah, mulia disisiNYA dan di sisi manusia yang akhirnya menjadi penghuni surga. Wallahu A'lam Bish-Shawab.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Bukan Cinta Biasa

Cintaku bukanlah cinta biasa
Karena Engkau yang memiliki
Dan Engkaulah yang temaniku
Seumur hidupku…

Koq seperti lagunya Afgan ya? Emang syair di atas adalah penggalan lirik lagu Afgan “bukan cinta biasa” yang sebagian kata-katanya sengaja aku ganti.
Yup!!! Cintaku memang bukan cinta biasa karena aku punya cinta yang luar biasa yang diberikan oleh Yang Maha Cinta, Allah subhanallahu wa ta’ala. Cinta yang membuat hidupku tak biasa karena merasakan dasyatnya cinta yang Dia berikan. Cinta yang membawaku pada jalan yang menuju cintaNYA, cinta yang membuatku bersyukur dan bersabar dalam menjalani hidup di dunia yang sering tak terbaca skenarionya, cinta yang membuatku tetap berdiri tegar ketika badai kehidupan menyapaku dengan perkasanya, cinta yang melindungiku dari rencana yang melanggar aturan-NYa, cinta yang membawaku ke cita-cita yang aku rencanakan, cinta yang …..banyak deh! Ga bakalan sanggup untuk aku tuliskan semuanya. Nanti bisa kriting jari-jariku.He…3x. (lebay….) Tapi yang ku sebutin tadi beneran koq. Ga lebay. Betulkan?

Cintaku bukan cinta biasa, karena Allah lah yang memiliki. Diri ini adalah milik-NYA, jadi segala yang kumiliki pun adalah milik-NYA. Dan hanya Allah yang menemani seumur hidupku, setiap detik, setiap saat, setiap waktu.
Ketika aku ingin melanjutkan sekolahku, Dia menunjukkan cintaNYA dengan beasiswa itu. Ketika aku hampir putus asa di pertengahan kuliah, Dia menunjukkan cintaNYA lewat sahabat-sahabat yang selalu menghiburku. Ketika aku ingin mandiri tanpa membebani orang tua lagi, Dia menunjukkan cintaNYA dengan memberi banyak adek les untukku. Ketika aku bingung mengejar deadline TA, Dia memberikan cintaNYA lewat teman-teman yang membantuku. Ketika aku salah, Dia menunjukkan cintaNYA lewat nasehat sahabatku. Ketika aku kecewa dengan seorang teman, Dia menunjukkan cintaNYA lewat sahabat-sahabat yang menyayangiku. Dan ketika-ketika yang lain.
Thanks You Ya Rabb. Semoga aku selalu besyukur atas segala cinta yang telah Engkau beri untukku.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Nama-nama Cinta (Episode 1)


Nama-nama Cinta (Episode 1)

Cinta, suatu kata yang banyak disanjung orang, tapi kebanyakan dari mereka sering tak mengerti apa itu cinta. Kadang tak akan ada ujungnya jika orang membicarkan cinta karena semakin kitsa membahas tentang cinta, semakin kita tak mengerti. Kata Rumi dalam puisinya, cinta sendiri yang akan menerangkan cinta dan percintaan.

Sekalipun cinta telah kuuraikan dan kujelaskan panjang lebar
Namun jika cinta kudatangi, aku jadi malu dengan keteranganku sendiri
Meskipun lidahku telah mampu menguraikan dengan terang
Namun tanpa lidah, ternyata cinta lebih terang
Sementara pena begitu tergesa-gesa menuliskannya
Kata-kata pecah berkeping-keping begitu sampai kepada cinta
Dalam menguraikan cinta, akal terbaring tak berdaya
Bagaikan keledai terbaring dalam lumpur
Cinta sendirilah yang menerangkan cinta dan percintaan
(Petikan puisi Rumi dalam Diwan Shamsi Tabriz diterjemahkan oleh Abdul Hadi W.M)

Para pemuja cinta ada yang mengumpamakan cinta dengan berbagai sebutan seperti:
  1. Bagaikan singa dan pedang
  2. Bagaikan bencana
  3. Bagaikan minuman yang memabukkan.
Ketiga kata di atas terhimpun dalam kata al-hubb (cinta). Ada sekitar 60 kata yang disamakan dengan cinta. Di sini aya akan menyebutkan beberapa di antaranya.
  1. Al-Mahabbah (cinta)
Menurut suatu pendapat, makna asal mahabbah adalah jernih, karena orang Arab menyebut gigi yang putih lagi bersih dengan sebutan hababul asnan. Menurut pendapat yang lain,makna asalnya diambil dari al-habaab yang berarti gelembung yang timbul di permukaan air manakala hujan sangat lebat. Berdasarkan pengertian ini, mahabbah berarti gelora kalbu saat terguncang oleh kerinduan untuk bersua dengan sang kekasih. Menurut pendapat lain, mahabbah berakar dari makna tetap dan mapan. Dikatakan ahabbal ba’iiru apabila seekor unta tetap mendekam dan tidak mau bangkit.
  1. Al-’Alaqoh (ketergantungan)
Al-’Alaqoh berakar dari kata al-’alaq (gantungan), memakai wazan al-falaq, merupakan salah satu dari nama lain cinta. Al-Jauhari telah mengatakan bahwa al-alaq juga merupakan nama lain dari cinta. Dikatakan nazhrotun min dzil’alaq artinya pandangan dari orang yang jatuh cinta.
  1. Al-Hawa(kecenderungan hati)
Kecenderungan kepada sesuatu disebut al-hawa. Al-hawa juga berarti diri sang kekasih. Kebanyakan kata al-hawa digunakan untuk menunjukkan makna cinta yang tercela, sebagaimana yang disebutkan dalam firman Allah Q.S An-Naazi’aat (79) : 40-41
Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal (nya).
  1. Shobwah (Kerinduan)
Shobwah dan ash-shibaa termasuk nama lain dari cinta juga. Dalam Kamus Ash-Shihah disebutkan bahwa ash-shibaa termasuk nama lain dari rindu.
  1. Ash-Shobaabah (Rindu berat)
Menurut kamus Ash-Shihah, Ash-shoobabah berarti kerinduan yang lembut tetapi menyengat. Bentuk kata kerjanya berasal dari shobba. Dikatakan rojulun shoobun berarti lelaki yang rindu berat.



  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Perkedel Jagung Ala Alphadikta

This isi my favourite meal. Kalo adikku sukanya waktu masih hangat aja,kalo sdh dingin dia ogah makan makanan ini.
Ini resep n cara membuatnya.

Bahan:
2 buah jagung (sisir halus)
Daun bawang secukupnya
1 buah telur
3 sdm tepung terigu
Air secukupnya

Bumbu yang dihaluskan:
7 buah cabe rawit

1 lembar daun jeruk purut
5 siung bawang merah
2 siung bawang putih
1 sdm ketumbar
1 sdt garam
1 sdt gula

Cara membuat:
Campur semua bahan dan bumbu yang sudah dihaluskan.Kemudian goreng hingga kecoklatan.Selamat mencoba.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS