Karena beda antara kau dan aku sering jadi sengketa
Karena kehormatan diri sering kita tinggikan di atas kebenaran
Karena satu kesalahanmu padaku seolah menghapus
sejuta kebaikan yang lalu
Wasiat Sang Nabi itu rasanya berat sekali:
"jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara"

Mungkin lebih baik kita berpisah sementara, sejenak saja
Menjadi kepompong dan menyendiri
Berdiri malam-malam, bersujud dalam-dalam
Bertafakkur bersama iman yang menerangi hati
Hingga tiba waktunya menjadi kupu-kupu yang terbang menari
Melantun kebaikan di anatara bunga, menebar keindahan pada dunia

Lalu dengan rindu kita kembali ke dalam dekapan ukhuwah
Mengambil cinta dari langit dan menebarkannya di bumi
Dengan persaudaraan suci: sebening prasangka, selembut nurani,
Sehangat semangat, senikmat berbagi, dan sekokoh janji.

(Salim A. Fillah)


Memory ini cukup lama mengendap, sayangnya tidak kutuliskan, hingga sanad dan siapa yang meriwayatkan aku lupa. Tetapi inti ceritanya insyaAllah masih terekam jelas. Dialog dan alur cerita, aku luweskan agar lebih mudah dimengerti.

1. Ibu dengan 7 anak yang menghafal Quran, rezeki tak disangka!
Aku, kita semua tahu mulianya para penghafal Quran. Tapi, motivasi untuk kesana sangatlah minim. Bertahun-tahun silam, waktu kami masih di Tegal, datang seorang ummahat bercerita (bahkan aku lupa namanya!). Sebut saja bu Annisa.
Bu Annisa seorang ibu, usianya saat itu lebih dari 40 tahun, berputra 7 , dengan suami yang sangat ngepas penghasilannya (kalau tidak bisa dibilang kurang alias miskin). Bu Annisa lemah fisiknya, merasa tidak berotak cerdas. Ia seringkali kelelahan dengan setumpuk pekerjaan rumah tangga dan kehidupan keluarga yang sepertinya mentok hanya disitu. Ya, mau apalagi? Menghidupi 7 anak bukan perkara mudah, padahal mereka yakin akan hadits Rasulullah Saw yang membanggakan ummat muslim yang banyak.

Bu Annisa mengagumi ustadzahnya yang dalam pandangan beliau ,”....luarbiasa sabar. Aku ingin seperti ustadzahku, supaya lebih sabar menghadapi kehidupanku yang seperti ini.”
Bu Annisa bertanya pada sang ustadzah, apa ya kira-kira kunci bagi perempuan supaya bisa lebih bersabar menghadapi sekian banyak ujian hidup?
”Cobalah menghafal Quran,” saran sang ustadzah.

Dengan tekad baja, di usia di atas 40 yang konon kabarnya semua fungsi tubuh mulai mengalami penurunan, bu Annisa menghafal Quran. Tujuannya saat itu hanya satu : ia bisa bersabar dengan tubuh yang lemah dan sakit-sakitan dalam membesarkan anak dan suami golongan elit alias ekonomi sulit.
Selang beberapa waktu, bu Annisa merasakan tubuhnya berangsur semakin bugar. Ia merasa otaknya lebih mampu berpikir jernih dalam memandang persoalan, tidak kusut dan ruwet seperti dulu.
Dan, suatu hari sang suami datang dengan hadiah,
”........Mi, Alhamdulillah aku dapat rezeki! Aku bisa beli mobil buat Ummi mengantarkan anak-anak sekolah!”

2. Gadis yang dipinang beberapa lelaki
Pada usia berapa seorang gadis mulai cemas untuk menikah?
25, 27, 29 atau 30? 32, 35?
Sebut saja namanya Dini, sama seperti muslimah lain yang mengkhawatirkan belum adanya seorang lelaki sholih meminang. Banyak lelaki sholih, tetapi merekapun punya standar tinggi : putih, langsing, cantik, mapan. Lho?
Orang seperti Dini yang biasa-biasa saja, dengan postur layaknya perempuan Indonesia : berkulit coklat, berwajah manis dengan hidung tak terlalu mancung, orangtua sederhana – mungkin dianggap (maaf) tak gampang laku . Gadis seperti Dini yang masih harus berjuang memapankan dirinya mungkin tak terlalu dilirik lelaki.
Dini akhirnya memilih berpikir positif.
“Daripada berpikir tentang jodoh yang masih misterius, mending meningkatkan kualitas diri.”
Dini menyibukkan dengan berdakwah, menambah ilmu pengetahuan...dan menghafal Quran. Konon, kalau sudah menikah (entah usia berapa) dan punya anak (entah usia berapa); akan lebih sulit lagi menghafal Quran padahal hafalan Quran penting sekali dalam mendidik anak-anak.
Nothing to loose.


Happy Dini menghafalkan Quran, dan ia merasakan suatu ketenangan.

Suatu saat, datang tawaran tak terduga. Ternyata di dunia ini masih banyak lelaki sholih yang memimpikan posisi pemimpin barisan pemuda mulia seperti Saad bin Abi Waqqah, Usamah bin Zaid, Imaad Aql atau Yahya Ayyasy.
Para pemuda ini mengajukan diri kepada ustadz, dan syarat mereka satu : mencari akhwat yang hafalan Qurannya lebih banyak dari mereka! Kenapa?
“Untuk menjaga diri,” begitu jawaban mereka rata-rata.
Para pemuda ini rupanya punya posisi ekonomi mapan sehingga mereka takut, jika wajah cantik tapi tak mampu melindungi diin bagaimana? Lebih baik mencari yang berkepribadian kuat! Pilihan mereka simple : gadis penghafal Quran!

Dini memang belum hafal 30 juz tetapi simak perkataannya,
“ betapa rizqi menghafal Quran datang sendiri. Ketika orang sibuk mencari jodoh, saya bahkan pasrah dan memilih meninggalkan kecemasan dengan menghafal. Alhamdulillah......justru rizqi berdatangan, saya memilih satu yang terbaik.”

3. Perempuan yang selamat dari api
Suatu saat, di sebuah distrik di Mesir mengalami kebakaran besar.
Lokasi dan tahunnya, saya lupa. Sebut saja ia bernama Hanna, seorang ibu. Kebakaran itu melalap habis rumah-rumah, menyisakan puing-puing dan mayat. Tentu saja, kebakaran itu terjadi saat orang tertidur nyenyak!

Di sebuah keluarga, seorang perempuan menangis terisak.
Suami dan anak-anaknya meninggal dalam kejadian tragis tersebut.
Tentu saja, Hanna , istri dan ibu itu bukan main pilu. Ditinggalkan sebatang kara di dunia, seluruh orang yang dikasihinya meninggal hanya satu malam. Harta bendanya ludes tak tersisia. Warga pun berduka melihat kecelakaan tragis tersebut yang sumbernya masih belum jelas diketahui apakah akibat listrik, gas atau kelalaian lain.

Seorang ustadz setempat menghibur Hanna. Sebelum menghibur Hanna, ia sempat mendengar kabar bahwa Hanna adalah seorang penghafal Quran (di Mesir penghafal Quran memang cukup banyak). Lemah lembut, sang ustadz menghampiri Hanna,
”....Nyonya, bergembiralah. Doakan saja suami dan putramu. Tahukah kau apa kabar gembira dari semua peristiwa ini?”
Hanna menangis dan menggeleng.
Kabar gembira apa yang mampu didengarnya di tengah selimut duka dan kepapaan hampa seperti ini?
”Lihatlah! Kau penghafal Quran dan selamat! Tidakkah kau lihat, api di dunia saja takut menjilat tubuhmu yang mulia, apalagi api Robb mu di neraka kelak?”

4.Kisah unik Existere dan Sakura
Aku tidak ingin sombong.
Sungguh!
Tapi aku ingin berbagi cerita dan memantapkan hatiku, juga hati kawan-kawanku.
Suatu saat, mb Dee –CEO LPPH- meng sms
”Goodnews Mbak, Existere dibeli oleh Pelangi Books Malaysia.”
Alhamdulillah, Subhanallah...
Senangnya hatikuuu!

Existere tak se booming Lafaz Cinta, The Road to The Empire, Reinkarnasi. Tetapi Alhamdulillah wa syukurillah, dilirik oleh penerbit Malaysia. Senin kemarin lusa, surat perjanjiannya kuterima.
”Malaysia tidak melihat best seller atau tidak. Mana yang cocok, mereka terbitkan.”
Hmmm.

Tidak ada yang kebetulan di dunia ini. Tapi sebagai manusia, aku selalu mencari hukum sebab akibat. Kalau aku salah, nanti hukumannya apa ya? Kalau aku berbuat baik, nanti balasannya apa ya? Ah, ya sudah...berbuat baik saja laaah sebanyak-banyaknya. Nanti pasti Allah SWT akan membalas.
Aku mencoba berbuat baik semampuku, menambah sedikit amalan-amalan yang mungkin akan menjadi pemberat timbangan di yaumil akhir kelak. Mengisi pengajian, bersodaqoh, mengajar menulis dsb. Tetapi dari mana aku yakin dan tahu bahwa salah satu rezeki sebagai penulis adalah dari menghafal Quran?

Awalnya, sebagai manusia, sempat ada perasaan begini,”....Alhamdulillah, akhirnya setelah sekian lama bukuku terbit, rupanya yang ke 40 lebih ini yang dilirik Malaysia. Wajar kan?”
Begitu perkiraanku.
Wajar sudah lebih dari 40 buku.
Wajar kalau kemudian dilirik dan diterbitkan.
Wajar lah sebagai penghargaan!
Tapi tunggu dulu.....! Benarkah betul-betul hanya upaya manusia yang menghantarkan Existere sampai ke Malaysia? Betulkah kehebatanku yang menghantarkan semua rezeki ini?
Sebuah berita semakin memantapkan diriku, dan membuatku menjadi orang kecil yang terhempas...bahwa aku bukanlah penulis hebat! Jauuuh, jauuh di atas kehebatan kita masih ada yang bertakhta, Yang Maha Mengatur Segala Urusan.
Bukan! Bukan karena buku ke 40 sekian itu yang menyebabkan Existere diterbitkan Malaysia.
Bukan! Bukan karena aku sering mengisi acara kesana kemari lantas buku itu diterbitkan.
Bukan! Bukan karena mb Dee pilih kasih lantas Existere dibawa-bawa ke Malaysia.
Sebuah berita mencengangkan datang berikutnya, dari Ganjar Widhiyoga yang memberitahukan,:
” Mbak Sinta...novel Nova Ayu Maulita, ”Sakura” juga diterbitkan dalam bahasa Malaysia lho..”
Aku tercengang.
Beristighfar atas semua kelalaianku telah merasa lebih baik.
Bersyukur bahwa aku mendapatkan jawaban atas semua ini
Tahukah kalian mengapa novel Sakura terpilih mewakili novel-novel lain untuk diterbitkan di Malaysia? Diterbitkan Malaysia, berarti mulai go international dengan harapan mendapatkan nama lebih luas dikalangan pembaca dan royalti lebih banyak, insyaAllah...(kesempatan untuk bersodaqoh lebih banyak insyaAllah..)
Padahal Sakura adalah karya pertama Nova Ayu.
Padahal Sakura bolak balik di revisi.
Padahal Sakura adalah debut pertama.
Padahal nama Nova Ayu belum banyak terdengar.
Sakura, karya pertama Nova Ayu, yang belum pernah mengisi acara pelatihan kepenulisan dimana mana : terpilih diterbitkan penerbit Malaysia.
Sinta Yudisia, baru karya ke 45 nya yang dilirik penerbit Malaysia.
Nova Ayu, karya ke 1 nya menggebrak.

Apa yang membuat NovaAyu Maulita jauh lebih baik dari kita semua? (semoga ini bukan “memengaal kepalamu “ seperti kata Umar bin Khaththab ya, Ayu...)
Karena hafalan Quran Sinta Yudisa baru juz 30, 29, 28 ( 3 juz ini sudah banyak yang hilang) dan aku baru mengikuti kelas tahfiz sejak November dan baru menambah juz 1 al Baqarah (belum sepurna juga...hiks).
Dan karena Nova Ayu, gadis belia ini, telah menghafal 30 juz Al Quran (meski katanya masih harus banyak di ulang...)
Subhallah...
orang boleh berkata keberuntungan.
orang boleh berkata anomali.
orang boleh berkata hipotesa.
”Ya....keberuntungan aja, hoki, yang bisa menimpa siapa saja termasuk Existere dan Sakura. Bisa aja kesempatan itu jatuh pada penulis lain kan? Toh banyak juga yang gak menghafal Quran tapi tetap lolos kok...”

Oke, bolehlah keberuntungan dadu itu jatuh pada karyaku, Existere. Dari sekian puluh buku, masa gak ada yang dilirik sih? Bisa saja penerbit Malaysia hanya mendengar namaku dan bukan kualitas bukuku.
Tetapi bagaimana dengan Nova Ayu?
Apakah hanay keberuntungan dadu?
Bahwa nasib melempar panah ke udara lalu menghujam pada takdir seseorang?
Apa yang Nova Ayu raih, membuatku semakin hormat dan takdzim pada para penghafal Quran. Mereka yang tidak terlalu dilirik, mereka yang lebih memilih amalan-amalan utama dan terkenal di kalangan penduduk langit, suatu saat, jika Allah SWT menunjukkan kekuasaannya :.....zzzt! Dunia berbalik.
Aku demikian terharu ketika meng sms ustadzku yang menuntun kami menghafal Quran, kuceritakan bahwa Existere & Sakura berhasil menembus penerbit Malaysia dan kami
sama-sama penulsi yang tengah berusaha mnghafalkan Quran.

”Bu Sinta....itu bonus kecil dari Allah SWT. Percayalah, masih banyak pemberian dahsyat dari Nya bagi para penghafal Quran.”
Penulis dan Penghafal Quran?
Siapa berani?
Jangan takut namamu belum terkenal.
Jangan takut bersaing.
Jangan takut karyamu tak diperhitungkan.
Asah terus kemampuanmu, terus beramal baik entah itu shodaqoh, sholat malam , Dhuha, berbakti pada orangtua. Kita memang tidak tahu kunci mana yang sesuai dengan takdir kita tetapi aku yakin, jika tulisan mereka yang hatinya hidup oleh dakwah, sholat malam, amalan-amalan sunnah dan amalan utama seperti menghafal Quran pasti akan berbeda.

Dan tunggulah!
Yakinlah!

Allah SWT menyiapkan hadiah kejutan, tak terduga, yang akan membuatmu tercengang dan malu karena selama ini sudah berburuk sangka padaNya. Berbusuk sangka bahwa Ia tak sayang padamu dan tak mendegar doa-doamu.

(Diambil dari Note FB-nya Mbak Sinta Yudiasia)
Deutscher Akademischer Austausch Dienst (DAAD) atau organisasi bersama dari institusi pendidikan tinggi dan asosiasi mahasiswa Jerman kembali menawarkan beasiswa program studi pascasarjana di perguruan-perguruan tinggi di Jerman.

Beasiswa untuk tahun akademik 2012/2013 ini sudah dibuka sejak Maret 2011 dan hanya ditujukan bagi para profesional muda dengan latar belakang studi tertentu. Target kandidat yang bisa meraih beasiswa ini antara lain staf pengajar, peneliti dan akademisi kampus.

Pelamar disyaratkan memiliki pengalaman minimal 2 tahun di instansi pemerintah maupun swasta di bidang-bidang yang meliputi bidang Ekonomi/Bisnis Administrasi/Politik Ekonomi, Kerjasama Pembangunan, Teknik, Matematika, Perencanaan Wilayah, Pertanian, Kesehatan, Sosial/Pendidikan dan Hukum, serta Ilmu Komunikasi.

Studi melalui program beasiswa ini dilaksanakan selama 12-36 bulan dengan bahasa pengantar Jerman atau Inggris, tergantung pilihan program. Bagi yang berminat, batas usia pelamar minimal 36 tahun saat mendaftar beasiswa ini.

Pelamar juga harus memiliki ijazah sarjana dengan IPK minimal 2,75 (untuk program Master) dan 3,00 untuk kandidat Doktor. Selain itu, pelamar juga harus memiliki skor TOEFL minimal 550 (paper based)/213 (computer based)/80 (internet based), atau IELTS minimal 6, 00.

Informasi lengkap program beasiswa ini bisa disimak di http://www.daadjkt.org. Batas waktu pengiriman aplikasi ditunggu sampai 28 Juli 2011.

Sumber : Kompas


Akhir-akhir ini banyak sekali undangan walimahan yang berdatangan via SMS maupun FB. Mulai dari kakak kelas di kampus, teman seangkatan sampai adik2 yang lebih muda dari saya. “ Mereka sudah mendapatkan jodoh mereka, kapan nih giliran saya mengundang mereka?” Pertanyaan itu sempat muncul dalam hati kecil saya ketika menerima undangan mereka. Di usia yang sudah mamasuki ¼ abad ini ternyata sy belum jg bisa menggenapkan separuh agama. Di sini ternyata saya tidak sendiri, banyak teman seumuran dan akhwat-akhwat yang usianya beberapa tahun di atas saya, mendekati 30 tahun bahkan ada yang sudah lebih dari 30 tahun belum juga menikah. Padahal menurut saya mereka adalah wanita-wanita keren. Bukan karena mereka tidak berkualitas yang menyebabkan mereka belum terpilih menjadi pendamping seorang suami.
Dari kenyataan itu dan cerita-cerita yang saya dengar dari sekitar, saya ingin mencoba mengurai, menarik kesimpulan atau lebih tepatnya menerka penyebab kita masih jomblo (belum menikah). Karena ini berdasarkan pengamatan saya, jadi bagi yang punya pendapat lain silakan menambahkan atau mengoreksi. Sebagai menusia yang lemah saya memiki banyak keterbatasan dalam menilai dan menyimpulkan kejadian yang ditakdirkanNya.
Kenapa sih kita belum bisa menikah? Jawabannya...adalah:
1. Kriteria calon pasangan hidup kita terlalu tinggi
Ini biasanya masalah yang dihadapi oleh orang yang merasa dirinya superior. Kalau faktanyamemang ia termasuk high quality person ya its OK, but jika yang ada yang sebaliknya maka sama saja bagai pungguk merindukan bulan. Bukankah jodoh kita akan sekualitas dengan kita, sekufu. Kalau ikhwan biasanya ingin istrinya cantik, shalehah, pinter, anak orang kaya, putih, langsing, tinggi, bahkan ada yang pernah memiliki kriteria lehernya panjang. Emang minta sepanjang apa? Jerapah? kalau akhwat biasanya ga jauh beda, ingin ikhwan yang shaleh, cakep, mapan ( gajinya minimal 4 juta, sudah punya rumah, dll), pinter, dll. Bagi para ikhwan dan akhwat, marilah kita koreksi kembali kriteria pendamping hidup yang kita inginkan. Terlalu tinggikah kriteria2 tersebut, pantaskah kita mendapatkan pemilik kriteria2 tersebut dengan kualitas kita yg sekarang, realitiskah kriteria2 tersebut. Jawabannya mungkin kita dan Allah yang tahu. Tentunya kita bisa menilai diri kita sendiri. Seperti pa kualitas diri kita.

2. Belum dapat restu Orang Tua
Restu orang tua sangat berpengaruh pada kehidupan anak. Ridla Allah adalah ridla orang tua. Boleh jadi salah satu penyebab kita belum bisa menikah karena kita belum dapat SIM (Surat Ijin Menikah) bisa dari OrTu. So..kita harus mengondisikan (melobi) orang tua jauh-jauh hari dari waktu yang kita tetapkan untunk menikah. Kalau SIM-nya sudah kita dapatkan lebih awal insyaAllah proses kita menuju penyempurnaan separuh din agan lebih dimudahkan oleh Allah. Kan...kalau ortu ridla insyaAllah Allah ridla.
3. Masih mencintai orang di masa lalu
Kalau ini mungkin dialami oleh orang-orang yang pernah pacaran. Saya punya cerita. Ada seorang wanita, umur beliau sudah tua, mungkin sudah lima puluhan. Sampai sekarang beliau belum jua menikah. Tahu apa sebabnya? Menurut cerita, itu karena beliau tidak bisa berpindah ke lain hati. Dulu beliau pernah punya pacar, mereka saling mencintai. Karena perbedaan keyakinan, orang tua ibu tersebut tidak menyetujui hubungan mereka. Dan akhirnya mereka pun putus. Walaupun sudah putus, ternyata si ibu tersebut masih meyimpan cinta untuk mantan kekasihnya dan hingga akhirnya ia pun tidak menikah walaupun yang mantan pacar sudah menikah dengan orang lain.
4. Menunggu tanpa kejelasan
Kalau ini, biasanya dialami oleh seseorang yang diam-diam mencintai orang lain. Karena beberapa alasan: diantaranya tidak berani mengungkapkan atau tidak mau mengungkapkan karena merasa hal tersebut kurang ahsan, Belum siap menikah, tidak PD dll. Dia, penggemar rahasia tersebut biasanya hanya menunggu kalau ada peluang saja. Misal kalau akhwat nunggu sang pujaan hati yang ngelamar, kalau dilamar syukur kalau ga dilamar manyun. Kalau ikhwan yang ga PD untuk melamar sang akhwat juga suka nunggu-nunggu ga jelas dan biasanya melakukan PDKT yang ga jelas bin ga nggenah (bener) menurut syariat islam. Suka SMS2 ga penting, chating2 ga penting, caper, dan hal ga penting lainnya. Untuk mereka para ikhwan yang telah punya pilihan hati, beranikan diri untuk maju melamar. Tentunya dengan cara yang ahsan, sesuai dengan syariat islam. Jangan pake PDKT yang tidak syar’i, memberi sinyal2 cinta kepada akhwat tapi tak berani ngomong, beraninya kalau sudah pasti diterima. Jangan menciptakn penyakit di hati kami, para akhwat. Kalau memang siap menikah, ya..lamar saja dia ke walinya. Kalau diterima Alhamdulillah, bila ditolak ucapkan “ Allahu Akbar”. Ga usah takut n malu ditolak. Setiap pilihan memang ada resikonya. So..jadilah gentleman.
Ada cerita seorang wanita yang menunggu seseorang yang dianggapnya sempurna menjadi suaminya. Tapi sang wanita tidak pernah menyampaikan kalau ia mengharapkan sang lelaki dambaannya memilihnya menjadi istrinya. Karena menunggu seseorang itulah sang wanita telah berulang kali menolak lelaki lain yang datang melamarnya. Dan kini, saat usia sang wanita telah mendekati tiga puluh tahun, ia belum juga menikah walaupun sekarang dia sudak tidak menunggu lelaki tadi. Sang wanita pun menyesal karena menolak dulu menolak beberapa lelaki shaleh yang datang melamarnya.
5. Kita dianggap terlalu “Wah”
Ini biasanya dialami oleh akhwat-akhwat yang memang bener2 “ High quality woman”. Ada kakak kelas saya yang merupakan seorang akhwat yang cantik, shalehah, cerdas (dibuktikan dengan memenangkan beberapa lomba di bidang tekologi informasi dan telah lulus S2, dari keluarga yang baik. Pokoknya mantab deh. Memenuhi empat kriteria wanita yang dianjurkan Nabi untuk dinikahi. Tapi sampai sekarang setelah beliau lulus S2 beliau belum menikah padahal adik2 di bawahnya sudah banyak yang menikah. Mungkin para ikhwan minder kali ya..Padahal sebenarnya belum tentu kriteria suami akhwat tersebut high level. Kalau aku jadi ikhwan mungkin PD aja jika ditawarin terima aja. Kalau ditolak ya...emang belum jodoh. Ikhtiar kan boleh saja.He..he..he..
6. Memang takdir
Nah...kalau usaha kita sudah pol-polan, sudah 100%, sudah maksimal..dan juga sudah disempurnakan dengan doa tapi belum juga dateng tu jodoh boleh kita bilang memang belum ditakdirkan menikah. Ya. Mungkin Allah ingin kita mencapai hal-hal lain yang jauh lebih bermanfaat yang hanya dapat kita lakukan di waktu kita masih lajang sehingga Allah menunda memberikan jodoh yang telah disiapkannya. Atau mungkin Allah ingin kita lebih menyiapkan diri lagi untuk berumah tangga. Allah memberikan kesempatan untuk kita dan jodoh kita memperbaiki diri sehingga nanti saat kita telah dipertemukan, kita sudah sekufu.
Wallahu A’lam bishowab.

So...buat kita yang belum juga mendapatkan garwa (sigaraning nyawa/belahan jiwa). Cepat-cepat bermuhasabah, mengoreksi diri. Mungkin penyebabnya memang kita sendiri. Setelah itu perbaiki diri, usaha kembali dan minta kepada Allah supaya segera memberikan jodoh terbaik buat kita yang

ada di tanganNya.

Tak henti-hentinya aku merinding jika mendengar kisah hidup anak miskin. Dalam kemiskinannya itu, tersulut semangat yang luar biasa. Semangat untuk mengubah kehidupan nan papa. Sekadar mengubah nasib agar layak disebut manusia. Dan itu tergambar jelas oleh semangat Ni Wayan Mertayani, peraih Juara 1 Lomba Fotografi Internasional yang diselenggarakan oleh Yayasan Anne Frank di Negeri Belanda.

Wayan terlahir dari keluarga yang teramat miskin. Rumahnya tak layak disebut rumah. Sebuah gubug reot yang digambarkan dalam judul fotonya: “Ayam itu kalau panas kepanasan, hujan kehujanan. Sama seperti saya.” Ya, fotonya memang menampilkan seekor ayam yang bertengger di dahan pohon karena rumahnya memang hanya di sana. Maka, tentu saja ayam akan kepanasan ketika terik dan kehujanan ketika bermusim air. Wayan tegar dalam kepapaan!

Dalam kepiluan atas kehidupannya yang teramat miskin, Wayan teramat sangat berkeinginan mengubah kehidupan keluarganya. Semangat itu kian berkobar usai ayahnya meninggal dunia meskipun ia masih teramat belia. Maka, Wayan pun rela berjualan sekadar jajanan ringan yang dijualnya di sekitar pantai Bali usai pulang sekolah. Ya, Wayan memang bersekolah dan duduk di bangku SMA.

Dirasa hasilnya belum mencukupi kebutuhan dasarnya, Wayan rela mengais sampah alias menjadi pemulung di seputaran pantai Bali. Usai pulang sekolah atau berjualan, Wayan tidak merasa malu memunguti sampah-sampah plastik yang bertebaran di sepanjang pantai. Bahkan, ejekan teman sekolahnya tak dihiraukannya sama sekali. Satu prinsipnya: “Saya tidak mencuri!”

1304273951304911078

Foto karya Wayan inilah yang menjadi Juara 1 Internasional.

Suatu ketika, Wayan berjumpa seorang turis. Secara iseng, Wayan meminjam kameranya. Dan digunakanlah kamera itu untuk mengambil beberapa foto. Begitu melihat indahnya hasil jepretan Wayan, turis itu menyarankan Wayan agar menjadi peserta Lomba Fotografi Internasional yang diselenggarakan oleh Yayasan Anne Frank, Belanda. Kebetulan, lomba fotografi itu mengambil tema “Apakah Harapan Terbesarmu?”. Bermodal sekitar 15 foto, Wayan menjadi pesertanya. Juri dari World Press Photo menilai foto milik Wayan adalah foto terbaik dari ribuan foto yang dikirimkan 200 foto 200 fotografer kelas dunia. Foto Wayan ditetapkan sebagai menjadi Juara 1.

Dari lubuk hati terdalam, aku menangis. Ya, aku menangis usai menyaksikan kepolosan kisah Wayan yang disiarkan Metro TV dalam acara Kick Andy sore tadi. Begitu menyayat kisah hidupnya. Begitu memilukan kehidupan keluarganya. Begitu menyayat-nyayat rintihan kemiskinannya.

Sebuah gubug yang tak layak disebut gubug dihuni oleh tiga orang: ibu, Wayan, dan adiknya. Ketika cuaca panas, Wayan dan keluarganya merasakan kepanasan yang luar biasa. Dapat dimaklumi karena gubug itu teramat dekat dengan pantai. Ketika musim hujan tiba, rumahnya tak layak huni. Di sana-sini, air bocoran atap menetes dan memenuhi kaleng-kaleng yang disediakan sebagai penampungnya. Dan kondisi itu diperparah oleh kondisi ibunya yang sering sakit-sakitan. Wayan tak kuasa menahan derai air mata ketika berkisah itu, terlebih diriku yang menyaksikan acara itu.

Sebuah ungkapan sempat menghentakkan hadirin dan juga diriku. Sebuah pertanyaan dilontarkan mas Andy, “Apa cita-cita Wayan?”

Dengan lantang, Wayan menjawab, “Aku ingin jadi penulis dan wartawan. Meskipun aku miskin harta, tetapi aku kaya mimpi. Mimpilah yang akan menuntunku menuju cita-cita!” Dan ratusan hadirin yang memenuhi studio itu sontak meneteskan air mata, tak kuasa lagi menahan haru atas tekad kuat dari seorang putri bernama Wayan.

Sumber : http://sosok.kompasiana.com/2011/05/02/ni-wayan-mertayani-anak-sma-yang-yatim-dan-teramat-miskin-peraih-juara-1-internasional-pak-mendiknas-apa-tindakan-bapak-kepada-anak-ini/

Dalam Dekapan Ukhuwah


Karena beda antara kau dan aku sering jadi sengketa
Karena kehormatan diri sering kita tinggikan di atas kebenaran
Karena satu kesalahanmu padaku seolah menghapus
sejuta kebaikan yang lalu
Wasiat Sang Nabi itu rasanya berat sekali:
"jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara"

Mungkin lebih baik kita berpisah sementara, sejenak saja
Menjadi kepompong dan menyendiri
Berdiri malam-malam, bersujud dalam-dalam
Bertafakkur bersama iman yang menerangi hati
Hingga tiba waktunya menjadi kupu-kupu yang terbang menari
Melantun kebaikan di anatara bunga, menebar keindahan pada dunia

Lalu dengan rindu kita kembali ke dalam dekapan ukhuwah
Mengambil cinta dari langit dan menebarkannya di bumi
Dengan persaudaraan suci: sebening prasangka, selembut nurani,
Sehangat semangat, senikmat berbagi, dan sekokoh janji.

(Salim A. Fillah)


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Mau Rezeki Lebih Baik : Jodoh, Peluang Menulis, dll? Sstt, Coba Hafalkan Quran!

Memory ini cukup lama mengendap, sayangnya tidak kutuliskan, hingga sanad dan siapa yang meriwayatkan aku lupa. Tetapi inti ceritanya insyaAllah masih terekam jelas. Dialog dan alur cerita, aku luweskan agar lebih mudah dimengerti.

1. Ibu dengan 7 anak yang menghafal Quran, rezeki tak disangka!
Aku, kita semua tahu mulianya para penghafal Quran. Tapi, motivasi untuk kesana sangatlah minim. Bertahun-tahun silam, waktu kami masih di Tegal, datang seorang ummahat bercerita (bahkan aku lupa namanya!). Sebut saja bu Annisa.
Bu Annisa seorang ibu, usianya saat itu lebih dari 40 tahun, berputra 7 , dengan suami yang sangat ngepas penghasilannya (kalau tidak bisa dibilang kurang alias miskin). Bu Annisa lemah fisiknya, merasa tidak berotak cerdas. Ia seringkali kelelahan dengan setumpuk pekerjaan rumah tangga dan kehidupan keluarga yang sepertinya mentok hanya disitu. Ya, mau apalagi? Menghidupi 7 anak bukan perkara mudah, padahal mereka yakin akan hadits Rasulullah Saw yang membanggakan ummat muslim yang banyak.

Bu Annisa mengagumi ustadzahnya yang dalam pandangan beliau ,”....luarbiasa sabar. Aku ingin seperti ustadzahku, supaya lebih sabar menghadapi kehidupanku yang seperti ini.”
Bu Annisa bertanya pada sang ustadzah, apa ya kira-kira kunci bagi perempuan supaya bisa lebih bersabar menghadapi sekian banyak ujian hidup?
”Cobalah menghafal Quran,” saran sang ustadzah.

Dengan tekad baja, di usia di atas 40 yang konon kabarnya semua fungsi tubuh mulai mengalami penurunan, bu Annisa menghafal Quran. Tujuannya saat itu hanya satu : ia bisa bersabar dengan tubuh yang lemah dan sakit-sakitan dalam membesarkan anak dan suami golongan elit alias ekonomi sulit.
Selang beberapa waktu, bu Annisa merasakan tubuhnya berangsur semakin bugar. Ia merasa otaknya lebih mampu berpikir jernih dalam memandang persoalan, tidak kusut dan ruwet seperti dulu.
Dan, suatu hari sang suami datang dengan hadiah,
”........Mi, Alhamdulillah aku dapat rezeki! Aku bisa beli mobil buat Ummi mengantarkan anak-anak sekolah!”

2. Gadis yang dipinang beberapa lelaki
Pada usia berapa seorang gadis mulai cemas untuk menikah?
25, 27, 29 atau 30? 32, 35?
Sebut saja namanya Dini, sama seperti muslimah lain yang mengkhawatirkan belum adanya seorang lelaki sholih meminang. Banyak lelaki sholih, tetapi merekapun punya standar tinggi : putih, langsing, cantik, mapan. Lho?
Orang seperti Dini yang biasa-biasa saja, dengan postur layaknya perempuan Indonesia : berkulit coklat, berwajah manis dengan hidung tak terlalu mancung, orangtua sederhana – mungkin dianggap (maaf) tak gampang laku . Gadis seperti Dini yang masih harus berjuang memapankan dirinya mungkin tak terlalu dilirik lelaki.
Dini akhirnya memilih berpikir positif.
“Daripada berpikir tentang jodoh yang masih misterius, mending meningkatkan kualitas diri.”
Dini menyibukkan dengan berdakwah, menambah ilmu pengetahuan...dan menghafal Quran. Konon, kalau sudah menikah (entah usia berapa) dan punya anak (entah usia berapa); akan lebih sulit lagi menghafal Quran padahal hafalan Quran penting sekali dalam mendidik anak-anak.
Nothing to loose.


Happy Dini menghafalkan Quran, dan ia merasakan suatu ketenangan.

Suatu saat, datang tawaran tak terduga. Ternyata di dunia ini masih banyak lelaki sholih yang memimpikan posisi pemimpin barisan pemuda mulia seperti Saad bin Abi Waqqah, Usamah bin Zaid, Imaad Aql atau Yahya Ayyasy.
Para pemuda ini mengajukan diri kepada ustadz, dan syarat mereka satu : mencari akhwat yang hafalan Qurannya lebih banyak dari mereka! Kenapa?
“Untuk menjaga diri,” begitu jawaban mereka rata-rata.
Para pemuda ini rupanya punya posisi ekonomi mapan sehingga mereka takut, jika wajah cantik tapi tak mampu melindungi diin bagaimana? Lebih baik mencari yang berkepribadian kuat! Pilihan mereka simple : gadis penghafal Quran!

Dini memang belum hafal 30 juz tetapi simak perkataannya,
“ betapa rizqi menghafal Quran datang sendiri. Ketika orang sibuk mencari jodoh, saya bahkan pasrah dan memilih meninggalkan kecemasan dengan menghafal. Alhamdulillah......justru rizqi berdatangan, saya memilih satu yang terbaik.”

3. Perempuan yang selamat dari api
Suatu saat, di sebuah distrik di Mesir mengalami kebakaran besar.
Lokasi dan tahunnya, saya lupa. Sebut saja ia bernama Hanna, seorang ibu. Kebakaran itu melalap habis rumah-rumah, menyisakan puing-puing dan mayat. Tentu saja, kebakaran itu terjadi saat orang tertidur nyenyak!

Di sebuah keluarga, seorang perempuan menangis terisak.
Suami dan anak-anaknya meninggal dalam kejadian tragis tersebut.
Tentu saja, Hanna , istri dan ibu itu bukan main pilu. Ditinggalkan sebatang kara di dunia, seluruh orang yang dikasihinya meninggal hanya satu malam. Harta bendanya ludes tak tersisia. Warga pun berduka melihat kecelakaan tragis tersebut yang sumbernya masih belum jelas diketahui apakah akibat listrik, gas atau kelalaian lain.

Seorang ustadz setempat menghibur Hanna. Sebelum menghibur Hanna, ia sempat mendengar kabar bahwa Hanna adalah seorang penghafal Quran (di Mesir penghafal Quran memang cukup banyak). Lemah lembut, sang ustadz menghampiri Hanna,
”....Nyonya, bergembiralah. Doakan saja suami dan putramu. Tahukah kau apa kabar gembira dari semua peristiwa ini?”
Hanna menangis dan menggeleng.
Kabar gembira apa yang mampu didengarnya di tengah selimut duka dan kepapaan hampa seperti ini?
”Lihatlah! Kau penghafal Quran dan selamat! Tidakkah kau lihat, api di dunia saja takut menjilat tubuhmu yang mulia, apalagi api Robb mu di neraka kelak?”

4.Kisah unik Existere dan Sakura
Aku tidak ingin sombong.
Sungguh!
Tapi aku ingin berbagi cerita dan memantapkan hatiku, juga hati kawan-kawanku.
Suatu saat, mb Dee –CEO LPPH- meng sms
”Goodnews Mbak, Existere dibeli oleh Pelangi Books Malaysia.”
Alhamdulillah, Subhanallah...
Senangnya hatikuuu!

Existere tak se booming Lafaz Cinta, The Road to The Empire, Reinkarnasi. Tetapi Alhamdulillah wa syukurillah, dilirik oleh penerbit Malaysia. Senin kemarin lusa, surat perjanjiannya kuterima.
”Malaysia tidak melihat best seller atau tidak. Mana yang cocok, mereka terbitkan.”
Hmmm.

Tidak ada yang kebetulan di dunia ini. Tapi sebagai manusia, aku selalu mencari hukum sebab akibat. Kalau aku salah, nanti hukumannya apa ya? Kalau aku berbuat baik, nanti balasannya apa ya? Ah, ya sudah...berbuat baik saja laaah sebanyak-banyaknya. Nanti pasti Allah SWT akan membalas.
Aku mencoba berbuat baik semampuku, menambah sedikit amalan-amalan yang mungkin akan menjadi pemberat timbangan di yaumil akhir kelak. Mengisi pengajian, bersodaqoh, mengajar menulis dsb. Tetapi dari mana aku yakin dan tahu bahwa salah satu rezeki sebagai penulis adalah dari menghafal Quran?

Awalnya, sebagai manusia, sempat ada perasaan begini,”....Alhamdulillah, akhirnya setelah sekian lama bukuku terbit, rupanya yang ke 40 lebih ini yang dilirik Malaysia. Wajar kan?”
Begitu perkiraanku.
Wajar sudah lebih dari 40 buku.
Wajar kalau kemudian dilirik dan diterbitkan.
Wajar lah sebagai penghargaan!
Tapi tunggu dulu.....! Benarkah betul-betul hanya upaya manusia yang menghantarkan Existere sampai ke Malaysia? Betulkah kehebatanku yang menghantarkan semua rezeki ini?
Sebuah berita semakin memantapkan diriku, dan membuatku menjadi orang kecil yang terhempas...bahwa aku bukanlah penulis hebat! Jauuuh, jauuh di atas kehebatan kita masih ada yang bertakhta, Yang Maha Mengatur Segala Urusan.
Bukan! Bukan karena buku ke 40 sekian itu yang menyebabkan Existere diterbitkan Malaysia.
Bukan! Bukan karena aku sering mengisi acara kesana kemari lantas buku itu diterbitkan.
Bukan! Bukan karena mb Dee pilih kasih lantas Existere dibawa-bawa ke Malaysia.
Sebuah berita mencengangkan datang berikutnya, dari Ganjar Widhiyoga yang memberitahukan,:
” Mbak Sinta...novel Nova Ayu Maulita, ”Sakura” juga diterbitkan dalam bahasa Malaysia lho..”
Aku tercengang.
Beristighfar atas semua kelalaianku telah merasa lebih baik.
Bersyukur bahwa aku mendapatkan jawaban atas semua ini
Tahukah kalian mengapa novel Sakura terpilih mewakili novel-novel lain untuk diterbitkan di Malaysia? Diterbitkan Malaysia, berarti mulai go international dengan harapan mendapatkan nama lebih luas dikalangan pembaca dan royalti lebih banyak, insyaAllah...(kesempatan untuk bersodaqoh lebih banyak insyaAllah..)
Padahal Sakura adalah karya pertama Nova Ayu.
Padahal Sakura bolak balik di revisi.
Padahal Sakura adalah debut pertama.
Padahal nama Nova Ayu belum banyak terdengar.
Sakura, karya pertama Nova Ayu, yang belum pernah mengisi acara pelatihan kepenulisan dimana mana : terpilih diterbitkan penerbit Malaysia.
Sinta Yudisia, baru karya ke 45 nya yang dilirik penerbit Malaysia.
Nova Ayu, karya ke 1 nya menggebrak.

Apa yang membuat NovaAyu Maulita jauh lebih baik dari kita semua? (semoga ini bukan “memengaal kepalamu “ seperti kata Umar bin Khaththab ya, Ayu...)
Karena hafalan Quran Sinta Yudisa baru juz 30, 29, 28 ( 3 juz ini sudah banyak yang hilang) dan aku baru mengikuti kelas tahfiz sejak November dan baru menambah juz 1 al Baqarah (belum sepurna juga...hiks).
Dan karena Nova Ayu, gadis belia ini, telah menghafal 30 juz Al Quran (meski katanya masih harus banyak di ulang...)
Subhallah...
orang boleh berkata keberuntungan.
orang boleh berkata anomali.
orang boleh berkata hipotesa.
”Ya....keberuntungan aja, hoki, yang bisa menimpa siapa saja termasuk Existere dan Sakura. Bisa aja kesempatan itu jatuh pada penulis lain kan? Toh banyak juga yang gak menghafal Quran tapi tetap lolos kok...”

Oke, bolehlah keberuntungan dadu itu jatuh pada karyaku, Existere. Dari sekian puluh buku, masa gak ada yang dilirik sih? Bisa saja penerbit Malaysia hanya mendengar namaku dan bukan kualitas bukuku.
Tetapi bagaimana dengan Nova Ayu?
Apakah hanay keberuntungan dadu?
Bahwa nasib melempar panah ke udara lalu menghujam pada takdir seseorang?
Apa yang Nova Ayu raih, membuatku semakin hormat dan takdzim pada para penghafal Quran. Mereka yang tidak terlalu dilirik, mereka yang lebih memilih amalan-amalan utama dan terkenal di kalangan penduduk langit, suatu saat, jika Allah SWT menunjukkan kekuasaannya :.....zzzt! Dunia berbalik.
Aku demikian terharu ketika meng sms ustadzku yang menuntun kami menghafal Quran, kuceritakan bahwa Existere & Sakura berhasil menembus penerbit Malaysia dan kami
sama-sama penulsi yang tengah berusaha mnghafalkan Quran.

”Bu Sinta....itu bonus kecil dari Allah SWT. Percayalah, masih banyak pemberian dahsyat dari Nya bagi para penghafal Quran.”
Penulis dan Penghafal Quran?
Siapa berani?
Jangan takut namamu belum terkenal.
Jangan takut bersaing.
Jangan takut karyamu tak diperhitungkan.
Asah terus kemampuanmu, terus beramal baik entah itu shodaqoh, sholat malam , Dhuha, berbakti pada orangtua. Kita memang tidak tahu kunci mana yang sesuai dengan takdir kita tetapi aku yakin, jika tulisan mereka yang hatinya hidup oleh dakwah, sholat malam, amalan-amalan sunnah dan amalan utama seperti menghafal Quran pasti akan berbeda.

Dan tunggulah!
Yakinlah!

Allah SWT menyiapkan hadiah kejutan, tak terduga, yang akan membuatmu tercengang dan malu karena selama ini sudah berburuk sangka padaNya. Berbusuk sangka bahwa Ia tak sayang padamu dan tak mendegar doa-doamu.

(Diambil dari Note FB-nya Mbak Sinta Yudiasia)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Beasiswa DAAD 2012

Deutscher Akademischer Austausch Dienst (DAAD) atau organisasi bersama dari institusi pendidikan tinggi dan asosiasi mahasiswa Jerman kembali menawarkan beasiswa program studi pascasarjana di perguruan-perguruan tinggi di Jerman.

Beasiswa untuk tahun akademik 2012/2013 ini sudah dibuka sejak Maret 2011 dan hanya ditujukan bagi para profesional muda dengan latar belakang studi tertentu. Target kandidat yang bisa meraih beasiswa ini antara lain staf pengajar, peneliti dan akademisi kampus.

Pelamar disyaratkan memiliki pengalaman minimal 2 tahun di instansi pemerintah maupun swasta di bidang-bidang yang meliputi bidang Ekonomi/Bisnis Administrasi/Politik Ekonomi, Kerjasama Pembangunan, Teknik, Matematika, Perencanaan Wilayah, Pertanian, Kesehatan, Sosial/Pendidikan dan Hukum, serta Ilmu Komunikasi.

Studi melalui program beasiswa ini dilaksanakan selama 12-36 bulan dengan bahasa pengantar Jerman atau Inggris, tergantung pilihan program. Bagi yang berminat, batas usia pelamar minimal 36 tahun saat mendaftar beasiswa ini.

Pelamar juga harus memiliki ijazah sarjana dengan IPK minimal 2,75 (untuk program Master) dan 3,00 untuk kandidat Doktor. Selain itu, pelamar juga harus memiliki skor TOEFL minimal 550 (paper based)/213 (computer based)/80 (internet based), atau IELTS minimal 6, 00.

Informasi lengkap program beasiswa ini bisa disimak di http://www.daadjkt.org. Batas waktu pengiriman aplikasi ditunggu sampai 28 Juli 2011.

Sumber : Kompas


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Muhasabah Cinta Para Jomblo

Akhir-akhir ini banyak sekali undangan walimahan yang berdatangan via SMS maupun FB. Mulai dari kakak kelas di kampus, teman seangkatan sampai adik2 yang lebih muda dari saya. “ Mereka sudah mendapatkan jodoh mereka, kapan nih giliran saya mengundang mereka?” Pertanyaan itu sempat muncul dalam hati kecil saya ketika menerima undangan mereka. Di usia yang sudah mamasuki ¼ abad ini ternyata sy belum jg bisa menggenapkan separuh agama. Di sini ternyata saya tidak sendiri, banyak teman seumuran dan akhwat-akhwat yang usianya beberapa tahun di atas saya, mendekati 30 tahun bahkan ada yang sudah lebih dari 30 tahun belum juga menikah. Padahal menurut saya mereka adalah wanita-wanita keren. Bukan karena mereka tidak berkualitas yang menyebabkan mereka belum terpilih menjadi pendamping seorang suami.
Dari kenyataan itu dan cerita-cerita yang saya dengar dari sekitar, saya ingin mencoba mengurai, menarik kesimpulan atau lebih tepatnya menerka penyebab kita masih jomblo (belum menikah). Karena ini berdasarkan pengamatan saya, jadi bagi yang punya pendapat lain silakan menambahkan atau mengoreksi. Sebagai menusia yang lemah saya memiki banyak keterbatasan dalam menilai dan menyimpulkan kejadian yang ditakdirkanNya.
Kenapa sih kita belum bisa menikah? Jawabannya...adalah:
1. Kriteria calon pasangan hidup kita terlalu tinggi
Ini biasanya masalah yang dihadapi oleh orang yang merasa dirinya superior. Kalau faktanyamemang ia termasuk high quality person ya its OK, but jika yang ada yang sebaliknya maka sama saja bagai pungguk merindukan bulan. Bukankah jodoh kita akan sekualitas dengan kita, sekufu. Kalau ikhwan biasanya ingin istrinya cantik, shalehah, pinter, anak orang kaya, putih, langsing, tinggi, bahkan ada yang pernah memiliki kriteria lehernya panjang. Emang minta sepanjang apa? Jerapah? kalau akhwat biasanya ga jauh beda, ingin ikhwan yang shaleh, cakep, mapan ( gajinya minimal 4 juta, sudah punya rumah, dll), pinter, dll. Bagi para ikhwan dan akhwat, marilah kita koreksi kembali kriteria pendamping hidup yang kita inginkan. Terlalu tinggikah kriteria2 tersebut, pantaskah kita mendapatkan pemilik kriteria2 tersebut dengan kualitas kita yg sekarang, realitiskah kriteria2 tersebut. Jawabannya mungkin kita dan Allah yang tahu. Tentunya kita bisa menilai diri kita sendiri. Seperti pa kualitas diri kita.

2. Belum dapat restu Orang Tua
Restu orang tua sangat berpengaruh pada kehidupan anak. Ridla Allah adalah ridla orang tua. Boleh jadi salah satu penyebab kita belum bisa menikah karena kita belum dapat SIM (Surat Ijin Menikah) bisa dari OrTu. So..kita harus mengondisikan (melobi) orang tua jauh-jauh hari dari waktu yang kita tetapkan untunk menikah. Kalau SIM-nya sudah kita dapatkan lebih awal insyaAllah proses kita menuju penyempurnaan separuh din agan lebih dimudahkan oleh Allah. Kan...kalau ortu ridla insyaAllah Allah ridla.
3. Masih mencintai orang di masa lalu
Kalau ini mungkin dialami oleh orang-orang yang pernah pacaran. Saya punya cerita. Ada seorang wanita, umur beliau sudah tua, mungkin sudah lima puluhan. Sampai sekarang beliau belum jua menikah. Tahu apa sebabnya? Menurut cerita, itu karena beliau tidak bisa berpindah ke lain hati. Dulu beliau pernah punya pacar, mereka saling mencintai. Karena perbedaan keyakinan, orang tua ibu tersebut tidak menyetujui hubungan mereka. Dan akhirnya mereka pun putus. Walaupun sudah putus, ternyata si ibu tersebut masih meyimpan cinta untuk mantan kekasihnya dan hingga akhirnya ia pun tidak menikah walaupun yang mantan pacar sudah menikah dengan orang lain.
4. Menunggu tanpa kejelasan
Kalau ini, biasanya dialami oleh seseorang yang diam-diam mencintai orang lain. Karena beberapa alasan: diantaranya tidak berani mengungkapkan atau tidak mau mengungkapkan karena merasa hal tersebut kurang ahsan, Belum siap menikah, tidak PD dll. Dia, penggemar rahasia tersebut biasanya hanya menunggu kalau ada peluang saja. Misal kalau akhwat nunggu sang pujaan hati yang ngelamar, kalau dilamar syukur kalau ga dilamar manyun. Kalau ikhwan yang ga PD untuk melamar sang akhwat juga suka nunggu-nunggu ga jelas dan biasanya melakukan PDKT yang ga jelas bin ga nggenah (bener) menurut syariat islam. Suka SMS2 ga penting, chating2 ga penting, caper, dan hal ga penting lainnya. Untuk mereka para ikhwan yang telah punya pilihan hati, beranikan diri untuk maju melamar. Tentunya dengan cara yang ahsan, sesuai dengan syariat islam. Jangan pake PDKT yang tidak syar’i, memberi sinyal2 cinta kepada akhwat tapi tak berani ngomong, beraninya kalau sudah pasti diterima. Jangan menciptakn penyakit di hati kami, para akhwat. Kalau memang siap menikah, ya..lamar saja dia ke walinya. Kalau diterima Alhamdulillah, bila ditolak ucapkan “ Allahu Akbar”. Ga usah takut n malu ditolak. Setiap pilihan memang ada resikonya. So..jadilah gentleman.
Ada cerita seorang wanita yang menunggu seseorang yang dianggapnya sempurna menjadi suaminya. Tapi sang wanita tidak pernah menyampaikan kalau ia mengharapkan sang lelaki dambaannya memilihnya menjadi istrinya. Karena menunggu seseorang itulah sang wanita telah berulang kali menolak lelaki lain yang datang melamarnya. Dan kini, saat usia sang wanita telah mendekati tiga puluh tahun, ia belum juga menikah walaupun sekarang dia sudak tidak menunggu lelaki tadi. Sang wanita pun menyesal karena menolak dulu menolak beberapa lelaki shaleh yang datang melamarnya.
5. Kita dianggap terlalu “Wah”
Ini biasanya dialami oleh akhwat-akhwat yang memang bener2 “ High quality woman”. Ada kakak kelas saya yang merupakan seorang akhwat yang cantik, shalehah, cerdas (dibuktikan dengan memenangkan beberapa lomba di bidang tekologi informasi dan telah lulus S2, dari keluarga yang baik. Pokoknya mantab deh. Memenuhi empat kriteria wanita yang dianjurkan Nabi untuk dinikahi. Tapi sampai sekarang setelah beliau lulus S2 beliau belum menikah padahal adik2 di bawahnya sudah banyak yang menikah. Mungkin para ikhwan minder kali ya..Padahal sebenarnya belum tentu kriteria suami akhwat tersebut high level. Kalau aku jadi ikhwan mungkin PD aja jika ditawarin terima aja. Kalau ditolak ya...emang belum jodoh. Ikhtiar kan boleh saja.He..he..he..
6. Memang takdir
Nah...kalau usaha kita sudah pol-polan, sudah 100%, sudah maksimal..dan juga sudah disempurnakan dengan doa tapi belum juga dateng tu jodoh boleh kita bilang memang belum ditakdirkan menikah. Ya. Mungkin Allah ingin kita mencapai hal-hal lain yang jauh lebih bermanfaat yang hanya dapat kita lakukan di waktu kita masih lajang sehingga Allah menunda memberikan jodoh yang telah disiapkannya. Atau mungkin Allah ingin kita lebih menyiapkan diri lagi untuk berumah tangga. Allah memberikan kesempatan untuk kita dan jodoh kita memperbaiki diri sehingga nanti saat kita telah dipertemukan, kita sudah sekufu.
Wallahu A’lam bishowab.

So...buat kita yang belum juga mendapatkan garwa (sigaraning nyawa/belahan jiwa). Cepat-cepat bermuhasabah, mengoreksi diri. Mungkin penyebabnya memang kita sendiri. Setelah itu perbaiki diri, usaha kembali dan minta kepada Allah supaya segera memberikan jodoh terbaik buat kita yang


ada di tanganNya.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Ni Wayan Mertayani, Anak SMA yang Yatim dan Teramat Miskin Peraih Juara 1 Internasional

Tak henti-hentinya aku merinding jika mendengar kisah hidup anak miskin. Dalam kemiskinannya itu, tersulut semangat yang luar biasa. Semangat untuk mengubah kehidupan nan papa. Sekadar mengubah nasib agar layak disebut manusia. Dan itu tergambar jelas oleh semangat Ni Wayan Mertayani, peraih Juara 1 Lomba Fotografi Internasional yang diselenggarakan oleh Yayasan Anne Frank di Negeri Belanda.

Wayan terlahir dari keluarga yang teramat miskin. Rumahnya tak layak disebut rumah. Sebuah gubug reot yang digambarkan dalam judul fotonya: “Ayam itu kalau panas kepanasan, hujan kehujanan. Sama seperti saya.” Ya, fotonya memang menampilkan seekor ayam yang bertengger di dahan pohon karena rumahnya memang hanya di sana. Maka, tentu saja ayam akan kepanasan ketika terik dan kehujanan ketika bermusim air. Wayan tegar dalam kepapaan!

Dalam kepiluan atas kehidupannya yang teramat miskin, Wayan teramat sangat berkeinginan mengubah kehidupan keluarganya. Semangat itu kian berkobar usai ayahnya meninggal dunia meskipun ia masih teramat belia. Maka, Wayan pun rela berjualan sekadar jajanan ringan yang dijualnya di sekitar pantai Bali usai pulang sekolah. Ya, Wayan memang bersekolah dan duduk di bangku SMA.

Dirasa hasilnya belum mencukupi kebutuhan dasarnya, Wayan rela mengais sampah alias menjadi pemulung di seputaran pantai Bali. Usai pulang sekolah atau berjualan, Wayan tidak merasa malu memunguti sampah-sampah plastik yang bertebaran di sepanjang pantai. Bahkan, ejekan teman sekolahnya tak dihiraukannya sama sekali. Satu prinsipnya: “Saya tidak mencuri!”

1304273951304911078

Foto karya Wayan inilah yang menjadi Juara 1 Internasional.

Suatu ketika, Wayan berjumpa seorang turis. Secara iseng, Wayan meminjam kameranya. Dan digunakanlah kamera itu untuk mengambil beberapa foto. Begitu melihat indahnya hasil jepretan Wayan, turis itu menyarankan Wayan agar menjadi peserta Lomba Fotografi Internasional yang diselenggarakan oleh Yayasan Anne Frank, Belanda. Kebetulan, lomba fotografi itu mengambil tema “Apakah Harapan Terbesarmu?”. Bermodal sekitar 15 foto, Wayan menjadi pesertanya. Juri dari World Press Photo menilai foto milik Wayan adalah foto terbaik dari ribuan foto yang dikirimkan 200 foto 200 fotografer kelas dunia. Foto Wayan ditetapkan sebagai menjadi Juara 1.

Dari lubuk hati terdalam, aku menangis. Ya, aku menangis usai menyaksikan kepolosan kisah Wayan yang disiarkan Metro TV dalam acara Kick Andy sore tadi. Begitu menyayat kisah hidupnya. Begitu memilukan kehidupan keluarganya. Begitu menyayat-nyayat rintihan kemiskinannya.

Sebuah gubug yang tak layak disebut gubug dihuni oleh tiga orang: ibu, Wayan, dan adiknya. Ketika cuaca panas, Wayan dan keluarganya merasakan kepanasan yang luar biasa. Dapat dimaklumi karena gubug itu teramat dekat dengan pantai. Ketika musim hujan tiba, rumahnya tak layak huni. Di sana-sini, air bocoran atap menetes dan memenuhi kaleng-kaleng yang disediakan sebagai penampungnya. Dan kondisi itu diperparah oleh kondisi ibunya yang sering sakit-sakitan. Wayan tak kuasa menahan derai air mata ketika berkisah itu, terlebih diriku yang menyaksikan acara itu.

Sebuah ungkapan sempat menghentakkan hadirin dan juga diriku. Sebuah pertanyaan dilontarkan mas Andy, “Apa cita-cita Wayan?”

Dengan lantang, Wayan menjawab, “Aku ingin jadi penulis dan wartawan. Meskipun aku miskin harta, tetapi aku kaya mimpi. Mimpilah yang akan menuntunku menuju cita-cita!” Dan ratusan hadirin yang memenuhi studio itu sontak meneteskan air mata, tak kuasa lagi menahan haru atas tekad kuat dari seorang putri bernama Wayan.

Sumber : http://sosok.kompasiana.com/2011/05/02/ni-wayan-mertayani-anak-sma-yang-yatim-dan-teramat-miskin-peraih-juara-1-internasional-pak-mendiknas-apa-tindakan-bapak-kepada-anak-ini/

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS