Beberapa minggu yang lalu saya menginap di rumah teman yang ada di perumahan BATAN Indah. Sewaktu mau pulang ke kost, saya disodori beberapa buku olehnya. Karena memang sebelumnya saya bilang kalau ingin pinjam buku. Dari beberapa buku yang disodorkan pada saya, ada satu majalah, kalau tidak salah majalah tarbawi terbitan 2006. Majalah itu masih disimpan rapi oleh teman saya karena menurutnya majalah itu sangat berharga sekali. Setelah saya buka-buka majalah tersebut, saya menemukan tulisan yang sangat menarik di dalamnya. Kisah seorang ibu yang berhasil menciptakan 11 cahaya penerang di rumahnya. Beliau adalah ibu Hj Wirianingsih, wanita yang berhasil mendidik kesebelas anaknya menjadi hafiz dan hafizah. Pasti teman-teman sudah banyak yang tahu tentang beliau. Tapi tidak salahnya, sekarang kita simak kembali kisah beliau dalam mendidik anak-anak beliau hingga menjadi anak-anak yang begitu membanggakan kedua orang tua.
Ibu Wirianingsih menuturkan, untuk melahirkan para hafiz dibutuhkan komitmen dan keistiqamahan dalam mengajarkan Al Qur’an kepada anak dalam segenap aspek kehidupan. Alquran, bagi Wirianingsih dan keluarganya, adalah kunci meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat. Dengan mendasari setiap gerak dan langkah pada ajaran mulia yang terkandung dalam Alquran, maka setiap umat akan sanggup menghadapi tantangan sekaligus menyelesaikan segala macam permasalahan.
Itulah prinsip dasar yang dipegang teguh pasangan Mutammimul ‘Ula – Wirianingsih dalam mendidik buah hatinya. Muslimah kelahiran Jakarta, 11 September 1962 itu, mengaku sedari kecil sudah sangat akrab dengan ayat-ayat Alquran. Ia lalu mengajarkan hal serupa kepada buah hatinya.


Wirianingsih mengenalkan Al Qur’an, sebagai pegangan hidup, kepada buah hatinya sejak dini. Menurutnya, pengenalan dan internalisasi nilai Al Qur’an memang harus diberikan kepada anak-anak, sejak masih kecil. Sebab dengan membiasakan anak-anak berinteraksi dengan Kitab Suci, akan menumbuhkan kecintaan terhadap Alquran hingga mereka menginjak dewasa.
Bersama sang suami, Mutammimul ‘Ula, mantan anggota DPR RI dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Wirianingsih merajut kerja sama untuk menumbuhkan jiwa Alquran kepada putra putri mereka. Pasangan ini berikhtiar untuk memberikan pola pendidikan terbaik demi mencapai hasil yang terbaik pula.
Wirianingsih bersyukur memiliki pendamping yang benar-benar memiliki perhatian besar terhadap pendidikan anak. Sang suami, misalnya, sudah menanamkan kebiasaan kepada seluruh anggota keluarga untuk beri’tikaf di masjid setiap tiba bulan Ramadhan.
Adalah sebuah karunia Allah SWT pada suatu malam di sebuah masjid, keluarga ini mendengarkan seorang hafiz sedang melantunkan hafalannya. Momen itulah yang semakin menguatkan niat pasangan ini untuk dapat mencetak putra-putrinya menjadi para hafiz Alquran.
Wirianingsih mengungkapkan, selama tujuh tahun pertama setelah menikah, mereka tidak memiliki televisi. Kondisi ini bukan dianggap sebagai kekurangan, justru memberikan kesempatan agar anak-anak bisa fokus mempelajari Al Qur’an.
Saat anak keduanya lahir, dia memperdengarkan muratal Alquran kepada anaknya tersebut. Dan tanpa disangka, suatu ketika, dirinya mendengar anaknya itu mengucapkan potongan surat al Baqarah yang biasa dibacanya.
‘’Subhanallah, ternyata anak saya mampu merekam apa yang saya perdengarkan kepadanya,’’ papar Wirianingsih mengenang. Hal itu semakin membuatnya kian bersemangat untuk mendidiknya buah hatinya menjadi penghafal Alquran. Dalam waktu singkat, sang anak sudah menguasai qiraat jilid lima.
Beberapa metode pengajaran Alquran mereka terapkan. Antara lain, pengajian rutin Alquran seusai Maghrib, membiasakan shalat Subuh di masjid yang dilanjutkan dengan aktivitas hafalan Al Qur’an, membiasakan membaca buku, serta berbagai kegiatan lainnya.
Selain mendapatkan pendidikan langsung dari kedua orangtua, anak-anak juga menimba pendidikan di pesantren hafiz. Sehingga tidaklah mengherankan, jika dalam waktu tidak terlalu lama, mereka sudah mampu menghafal Alquran.
Putra pertama, Afzalur Rachman (24), sudah hafiz Alquran sejak usia 13 tahun. Putra keduanya, Faris Jihady Hanifa (23) sudah hafal Alquran diusia 10 tahun. Putri ketiga bernama Maryam Qonitat, telah hafal Alquran saat berusia 16 tahun. Adapun adik-adik mereka yakni Scientia Afifah, Ahmad Rosikh Ilmi, Ismail Ghulam Halim, Yusuf Zaim Hakim, Muh Saihul Basyir, Hadi Sabila Rosyad, dan Himmaty Muyassarah, memiliki tingkat hafalan berbeda-beda.
Menurut Wirianingsih, menghafal Alquran akan memiliki banyak manfaat bagi sang anak. ”Insya Allah anak-anak memiliki akhlakul karimah dan ketegasan sikap untuk membendung setiap pengaruh negatif yang marak di tengah masyarakat. Alquran mampu membentengi jiwa mereka agar tetap menjadi umat yang beriman,’’ tutur beliau.
Terkait kehidupan keluarga, sambung beliau, sangatlah penting antara suami dan istri untuk saling mendukung dan melengkapi. Masing-masing memiliki peran dan tanggung jawab yang berkaitan. Beliau pun menyayangkan jika masih ada anggapan bahwa hanya istri yang bertanggung jawab mendidik anak, sementara suami mencari nafkah saja.
‘’Itu tidak tepat. Perlu ditekankan keberhasilan pendidikan anak merupakan hasil integrasi dan kerjasama yang baik dari suami dan istri, bahkan kalau kita baca lagi literatur-literatur agama, justru porsi terbesar mendidik anak ada pada ayah,’’ kata beliau lagi.
Dalam pandangan beliau, anak adalah masa depan keluarga dan bangsa. Maka itu, maju mundurnya peradaban sebuah bangsa sangat tergantung dari cara dan pola pendidikan yang diberikan kepada anak-anak. Karena itulah, keluarga memiliki peran yang sangat besar, tutur beliau.
Selain berhasil mendidik putra-putrinya menjadi penghafal Alquran, Muslimah yang telah aktif berorganisasi sejak di bangku kuliah itu, memanfaatkan waktu yang dimilikinya untuk kegiatan sosial dan keagamaan. Kiprahnya membentuk PP Salimah serta Aliansi Selamatkan Anak Indonesia, merupakan salah satu bentuk kepeduliannya untuk membangun bangsa dan agama.
‘’Untuk memperbaiki kondisi bangsa, kita harus benahi di tingkat keluarga terlebih dahulu. Kita harus menjaga ketahanan keluarga berdasarkan nilai-nilai Al Qur’an,’’ tegas ustazah yang biasa berceramah hingga ke mancanegara itu.

Disarikan dari berbagai sumber.

Subhanallah....Sugoi desu ne.Amazing! Membaca profil beliau membuat semangat saya untuk menghafal Al Qur’an melejit. Karena kalau kita ingin punya anak yang hafal Al Qurán kita pun harus hafal bukan? Anak kan meng-copy paste apa yang ada pada orang tuanya. Dan ajakan terbaik adalah berupa keteladanan. Walaupun mungkin agak susah kalau baru menghafal Al Qurán saat kita dewasa karena sudah banyak hal yang memenuhi otak kita. Apa lagi kalau sudah jadi ibu RT (Ibu rumah tangga), sudah pusing mikirin belanja, beres2 rumah, ngurus anak, ngurus suami, de el el. But that is not a problem. So kawan, persiapkan diri mulai sekarang untuk menjadi a wonderful mother, mendidik generasi Qur'ani yang kan menegakkan kalimat La Ilaha Illallah di muka bumi ini.Generasi yang akan mengembalikan keindahan citra islam yang telah tercoreng oleh ulah sebagian penganutnya yang sudah tidak lagi mengikuti tuntunannya.


0 komentar:

Posting Komentar

Thank you very much for your comment.

A Wonderful Mother

Beberapa minggu yang lalu saya menginap di rumah teman yang ada di perumahan BATAN Indah. Sewaktu mau pulang ke kost, saya disodori beberapa buku olehnya. Karena memang sebelumnya saya bilang kalau ingin pinjam buku. Dari beberapa buku yang disodorkan pada saya, ada satu majalah, kalau tidak salah majalah tarbawi terbitan 2006. Majalah itu masih disimpan rapi oleh teman saya karena menurutnya majalah itu sangat berharga sekali. Setelah saya buka-buka majalah tersebut, saya menemukan tulisan yang sangat menarik di dalamnya. Kisah seorang ibu yang berhasil menciptakan 11 cahaya penerang di rumahnya. Beliau adalah ibu Hj Wirianingsih, wanita yang berhasil mendidik kesebelas anaknya menjadi hafiz dan hafizah. Pasti teman-teman sudah banyak yang tahu tentang beliau. Tapi tidak salahnya, sekarang kita simak kembali kisah beliau dalam mendidik anak-anak beliau hingga menjadi anak-anak yang begitu membanggakan kedua orang tua.
Ibu Wirianingsih menuturkan, untuk melahirkan para hafiz dibutuhkan komitmen dan keistiqamahan dalam mengajarkan Al Qur’an kepada anak dalam segenap aspek kehidupan. Alquran, bagi Wirianingsih dan keluarganya, adalah kunci meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat. Dengan mendasari setiap gerak dan langkah pada ajaran mulia yang terkandung dalam Alquran, maka setiap umat akan sanggup menghadapi tantangan sekaligus menyelesaikan segala macam permasalahan.
Itulah prinsip dasar yang dipegang teguh pasangan Mutammimul ‘Ula – Wirianingsih dalam mendidik buah hatinya. Muslimah kelahiran Jakarta, 11 September 1962 itu, mengaku sedari kecil sudah sangat akrab dengan ayat-ayat Alquran. Ia lalu mengajarkan hal serupa kepada buah hatinya.


Wirianingsih mengenalkan Al Qur’an, sebagai pegangan hidup, kepada buah hatinya sejak dini. Menurutnya, pengenalan dan internalisasi nilai Al Qur’an memang harus diberikan kepada anak-anak, sejak masih kecil. Sebab dengan membiasakan anak-anak berinteraksi dengan Kitab Suci, akan menumbuhkan kecintaan terhadap Alquran hingga mereka menginjak dewasa.
Bersama sang suami, Mutammimul ‘Ula, mantan anggota DPR RI dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Wirianingsih merajut kerja sama untuk menumbuhkan jiwa Alquran kepada putra putri mereka. Pasangan ini berikhtiar untuk memberikan pola pendidikan terbaik demi mencapai hasil yang terbaik pula.
Wirianingsih bersyukur memiliki pendamping yang benar-benar memiliki perhatian besar terhadap pendidikan anak. Sang suami, misalnya, sudah menanamkan kebiasaan kepada seluruh anggota keluarga untuk beri’tikaf di masjid setiap tiba bulan Ramadhan.
Adalah sebuah karunia Allah SWT pada suatu malam di sebuah masjid, keluarga ini mendengarkan seorang hafiz sedang melantunkan hafalannya. Momen itulah yang semakin menguatkan niat pasangan ini untuk dapat mencetak putra-putrinya menjadi para hafiz Alquran.
Wirianingsih mengungkapkan, selama tujuh tahun pertama setelah menikah, mereka tidak memiliki televisi. Kondisi ini bukan dianggap sebagai kekurangan, justru memberikan kesempatan agar anak-anak bisa fokus mempelajari Al Qur’an.
Saat anak keduanya lahir, dia memperdengarkan muratal Alquran kepada anaknya tersebut. Dan tanpa disangka, suatu ketika, dirinya mendengar anaknya itu mengucapkan potongan surat al Baqarah yang biasa dibacanya.
‘’Subhanallah, ternyata anak saya mampu merekam apa yang saya perdengarkan kepadanya,’’ papar Wirianingsih mengenang. Hal itu semakin membuatnya kian bersemangat untuk mendidiknya buah hatinya menjadi penghafal Alquran. Dalam waktu singkat, sang anak sudah menguasai qiraat jilid lima.
Beberapa metode pengajaran Alquran mereka terapkan. Antara lain, pengajian rutin Alquran seusai Maghrib, membiasakan shalat Subuh di masjid yang dilanjutkan dengan aktivitas hafalan Al Qur’an, membiasakan membaca buku, serta berbagai kegiatan lainnya.
Selain mendapatkan pendidikan langsung dari kedua orangtua, anak-anak juga menimba pendidikan di pesantren hafiz. Sehingga tidaklah mengherankan, jika dalam waktu tidak terlalu lama, mereka sudah mampu menghafal Alquran.
Putra pertama, Afzalur Rachman (24), sudah hafiz Alquran sejak usia 13 tahun. Putra keduanya, Faris Jihady Hanifa (23) sudah hafal Alquran diusia 10 tahun. Putri ketiga bernama Maryam Qonitat, telah hafal Alquran saat berusia 16 tahun. Adapun adik-adik mereka yakni Scientia Afifah, Ahmad Rosikh Ilmi, Ismail Ghulam Halim, Yusuf Zaim Hakim, Muh Saihul Basyir, Hadi Sabila Rosyad, dan Himmaty Muyassarah, memiliki tingkat hafalan berbeda-beda.
Menurut Wirianingsih, menghafal Alquran akan memiliki banyak manfaat bagi sang anak. ”Insya Allah anak-anak memiliki akhlakul karimah dan ketegasan sikap untuk membendung setiap pengaruh negatif yang marak di tengah masyarakat. Alquran mampu membentengi jiwa mereka agar tetap menjadi umat yang beriman,’’ tutur beliau.
Terkait kehidupan keluarga, sambung beliau, sangatlah penting antara suami dan istri untuk saling mendukung dan melengkapi. Masing-masing memiliki peran dan tanggung jawab yang berkaitan. Beliau pun menyayangkan jika masih ada anggapan bahwa hanya istri yang bertanggung jawab mendidik anak, sementara suami mencari nafkah saja.
‘’Itu tidak tepat. Perlu ditekankan keberhasilan pendidikan anak merupakan hasil integrasi dan kerjasama yang baik dari suami dan istri, bahkan kalau kita baca lagi literatur-literatur agama, justru porsi terbesar mendidik anak ada pada ayah,’’ kata beliau lagi.
Dalam pandangan beliau, anak adalah masa depan keluarga dan bangsa. Maka itu, maju mundurnya peradaban sebuah bangsa sangat tergantung dari cara dan pola pendidikan yang diberikan kepada anak-anak. Karena itulah, keluarga memiliki peran yang sangat besar, tutur beliau.
Selain berhasil mendidik putra-putrinya menjadi penghafal Alquran, Muslimah yang telah aktif berorganisasi sejak di bangku kuliah itu, memanfaatkan waktu yang dimilikinya untuk kegiatan sosial dan keagamaan. Kiprahnya membentuk PP Salimah serta Aliansi Selamatkan Anak Indonesia, merupakan salah satu bentuk kepeduliannya untuk membangun bangsa dan agama.
‘’Untuk memperbaiki kondisi bangsa, kita harus benahi di tingkat keluarga terlebih dahulu. Kita harus menjaga ketahanan keluarga berdasarkan nilai-nilai Al Qur’an,’’ tegas ustazah yang biasa berceramah hingga ke mancanegara itu.

Disarikan dari berbagai sumber.

Subhanallah....Sugoi desu ne.Amazing! Membaca profil beliau membuat semangat saya untuk menghafal Al Qur’an melejit. Karena kalau kita ingin punya anak yang hafal Al Qurán kita pun harus hafal bukan? Anak kan meng-copy paste apa yang ada pada orang tuanya. Dan ajakan terbaik adalah berupa keteladanan. Walaupun mungkin agak susah kalau baru menghafal Al Qurán saat kita dewasa karena sudah banyak hal yang memenuhi otak kita. Apa lagi kalau sudah jadi ibu RT (Ibu rumah tangga), sudah pusing mikirin belanja, beres2 rumah, ngurus anak, ngurus suami, de el el. But that is not a problem. So kawan, persiapkan diri mulai sekarang untuk menjadi a wonderful mother, mendidik generasi Qur'ani yang kan menegakkan kalimat La Ilaha Illallah di muka bumi ini.Generasi yang akan mengembalikan keindahan citra islam yang telah tercoreng oleh ulah sebagian penganutnya yang sudah tidak lagi mengikuti tuntunannya.


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar

Thank you very much for your comment.